Page 179 - Mengungkap-Kerancuan-Pembagian-Tauhid-Kepada-Uluhiyyah-Rububiyyah-dan-al-Asma-Wa-ash-Shifat-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-277-Hal
P. 179

Mengungkap Kerancuan Tiga Tauhid  | 177

                   Al-Imam  al-Hafizh  Ibn  Hajar  mengomentari  hadits  ini,
            berkata:
                  ―Penisbatan  kata  adl-Dlahk  dan  at-Ta‟ajjub  kepada
                  Allah adalah dalam pengertian majaz (metafor), yang
                  dimaksud dari keduanya adalah bahwa Allah meridlai
                  apa  yang  telah  diperbuat  oleh  sahabat  Anshar
                  tersebut  terhadap  tamu  Rasulullah  (Artinya  bukan
                  dalam pengertian bahwa Allah ‖tertawa‖, atau Allah
                                    103
                  ‖terheran-heran‖)‖ .
                    Dan  bahkan  Al-Imam  al-Bukhari  telah  mentakwil  kata
            “adl-Dlahk”  dalam  hadits  di  atas  dalam  pengertian  rahmat  (ar-
            Rahmah).  Artinya,  bahwa  Allah  merahmati  apa  yang  telah
            dilakukan  oleh  sahabat  Anshar  tersebut.  Takwil  Al-Imam  al-
            Bukhari  ini  sebagaimana  telah  dikutip  oleh  Al-Imam  al-
            Khaththabi,  berkata:  ―al-Bukhari  telah  mentakwil  makna  adl-
            Dlahk di beberapa tulisan lain dengan makna rahmat (ar-Rahmah).
            Takwil  ini  dekat  dengan  kebenaran.  Dan  mentakwilnya  dengan
                                          104
            pengetian ridla lebih dekat lagi‖ .
                   Kemudian  Al-Imam  al-Bukhari  juga  telah  mentakwil
            firman Allah:
                                                          ِ ٍ
                                           ِ ِ ِ ِ
                              )    ٘ٙ ْ:دوى(    ْ  آهتيصانبٌْ ذخاءْوى  لاإْة  بادْنم ِ  ا  م
                                                             َ
                                          َ َ َ
                                                    َ َُ
            Al-Imam  al-Bukhari  mengatakan  bahwa  yang  dimaksud  ayat
            tersebut  ialah  bahwa  Allah  Maha  menguasai  seluruh  makhluk-
            Nya,  bukan  dalam  pengertian  zhahirnya  bahwa  Allah  yang
            mengambil ubun-ubun makhluk-Nya‖.




                     103  Fath al-Bari, j. 7, h. 120
                     104  Fath al-Bari, j. 6, h. 40
   174   175   176   177   178   179   180   181   182   183   184