Page 175 - Mengungkap-Kerancuan-Pembagian-Tauhid-Kepada-Uluhiyyah-Rububiyyah-dan-al-Asma-Wa-ash-Shifat-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-277-Hal
P. 175

Mengungkap Kerancuan Tiga Tauhid  | 173

            kepada keadaan yang lain, dan penggunaan bahasa semacam ini
                                                              98
            adalah termasuk penggunaan bahasa Arab yang benar .
                    Al-Hafizh  Ibn  Hajar  dalam  kitab  Syarh  Shahih  al-Bukhari
            berkata:

                    ―Ibn al-Arabi berkata: Diriwayatkan bahwa orang-
                  orang ahli bid‘ah menolak hadits-hadits tentang sifat-
                  sifat  Allah  tersebut,  sementara  para  ulama  Salaf
                  memakainya,  dan  sebagain  ulama  lainnya  menerima
                  hadits  tersebut  dengan  adanya  takwil.  Pendapat
                  terakhir  inilah  yang  aku  pegang.  Dalam  teks  hadits
                  disebutkan  “Yanzilu”,  an-Nuzul  di  sini  maknanya
                  kembali kepada perbuatan (Af‟al) Allah, bukan dalam
                  pengertian  -sifat-  Dzat-Nya.  Dan  makna  yang
                  dimaksud  dari  hadits  ini  adalah  bahwa  Allah
                  memerintah  beberapa  Malaikat-Nya  untuk  turun
                  dengan membawa perintah dan larangan-Nya. Makna
                  an-Nuzul  dapat  bermakna  dalam  pengertian  indrawi;
                  yaitu yang terjadi pada tubuh atau benda-benda, tapi
                  juga dapat bermakna dalam pengertian maknawi. Jika
                  engkau memaknai an-Nuzul tersebut dalam pengertian
                  indrawi  maka  yang  dimaksud  adalah  para  Malaikat
                  yang  turun  dengan  perintah  Allah.  Dan  jika  engkau
                  memaknai an-Nuzul dalam pengertian maknawi maka
                  artinya  ialah  bahwa  Allah  telah  berkehandak  akan
                  suatu  kejadian  pada  makhluk,  yang  kejadian  perkara
                  tersebut pada mereka itu baru, artinya proses kejadian
                  perkara    dari  kehendak  Allah  yang  terjadi  pada
                  makhluk  tersebut  dinamakan  dengan  an-Nuzul  dari


                     98   Syarh  al-Zarqani  „Ala  al-Muwathtah‟,  j.  2,  h.  35.  Lihat  pula
            Syarh at-Tirmidzi, j. 2, h. 236
   170   171   172   173   174   175   176   177   178   179   180