Page 24 - Kisah perjalanan SUPARDI 2901_tanpa tambahan-1-1-98
P. 24

Yang  baik  akan  tertandai,  yang  buruk  pun  akan  kelihatan.  Baik  atau  buruk
        setiap perbuatan walaupun disembunyikan,  pasti pada saatnya akan ketahuan.
        y. Rukun agawe santosa, crah agawe bubrah
        Rukun  dan  bersatu  akan  membuat  kuat  dan  teguh,  tetapi  bertikai  akan
        membuat lemah, rusak, dan  hancur.
        z. Sedumuk bathuk, senyari bumi, dibelani pati
        Satu  sentuhan  atau ciuman  pada  dahi  (isteri)  oleh  lelaki  lain,  dan  pencurian
        selebar  jari  luasnya  bumi  (tanah  milik),  taruhannya  adalah  nyawa.  Artinya
        penghinaan terhadap harga diri, kehormatan pribadi, dan perampasan terhadap

        hak azasi, dan hak milik harus dibela secara mati-matian.
        aa. Nrimo ing pandum
        Dengan  ikhlas  menerima  apa  yang  menjadi  bagiannya.  Maksudnya  adalah
        manusia  wajib bersyukur terhadap apapun  yang telah Allah tetapkan.
        bb. Bloko suto
        Apa adanya, terus terang tanpa menambah atau mengurangi polos dan jujur.
        cc. Ojo keminter mundhak keblinger, ojo cidro mundhak ciloko.
        Jangan  sok pintar,  merasa  paling pandai dan  mengerti,  agar  tidak  salah  arah
        dalam melangkah. Jangan berbuat curang agar tidak celaka.

        Itulah sebagian dari falsafah hidup orang Jawa. Apabila orang dapat memahami
        dan  menjalankan  ajaran    ini  dengan  baik,  orang  itu  akan  menjadi  Jawa.
        Singkatnya, secara umum ciri orang Jawa itu adalah mereka yang  yakin akan
        keagungan dan kekuasaan serta berserah diri kepada Allah, memuliakan orang
        tua,  bersikap  menghormati  para  senior  dan  sesama,  ramah  tamah,  lemah
        lembut,  sopan  santun,  rendah  hati,  toleran,  senang  menolong,  senang
        bergotong  royong,  tidak  sombong  atau  angkuh,  mempunyai  perasaan  malu,
        pekerja  keras,  sederhana,  polos,  jujur,  dan  berani    bertanggung  jawab  atas
        tindakan atau keputusan yang telah diambil.

        Tentu  masih  banyak  lagi  ajaran-ajaran  bijak  lainnya,  yang  aku  sudah  lupa.
        Intinya adalah bahwa ajaran moral orang Jawa itu sungguh luhur, adi luhung,
        bersifat universal dan  berlaku  sepanjang masa.  Para  leluhur meyakini  bahwa
        apabila  dapat  mengamalkan  dalam  kehidupan  sehari-hari,  akan  melahirkan
        kehidupan  keluarga  yang  berbahagia  dan  masyarakat  yang  damai,  aman,  dan
        tenteram.
        Namun  dengan  perkembangan  zaman,  manusia  Jawa  semakin  meninggalkan
        ajaran  leluhur  ini,  sehingga  ada  istilah  “Wong  Jowo,  nanging  ora  nJawani”,
        secara lahiriah dia orang Jawa, tetapi sudah tidak memiliki sifat dan ciri orang

        Jawa.
   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29