Page 15 - SEMANTIK
P. 15
Tanda kebahasaan yang terdiri atas bentuk dan makna
ini memiliki perbedaan dengan tanda-tanda yang lain,
seperti ikon, indeks, dan simbol. Ikon adalah tanda yang
memiliki hubungan kemiripan dengan yang ditandainya,
seperti sebuah potret dengan orangnya, peta dengan
tempat yang dimaksudnya, dsb. Indeks adalah tanda yang
memiliki hubungan kedekatan eksistensi dengan yang
ditandainya, seperti asap yang menandai adanya api,
mendung yang menandai hujan, suara kumbang temberet
yang menandai mulainya musim panas, dsb. Simbol adalah
tanda yang memiliki hubungan konvensional dengan yang
ditandainya, seperti merah putih, salib, bulan sabit, dengan
yang dilambangkannya, dsb. Kata dengan sesuatu yang
ditandainya adalah simbol karena hubungannya bersifat
konvensional (Zoest, 1996: 9). Dalam hal ini, perlu pula
dicatat bahwa memang tidak semua bentuk kebahasaan
berhubungan secara arbitrer dengan maknanya. Kata-kata
onomatope (tiruan bunyi), seperti tokek, cicak, (ber) kokok,
dsb. atau kata pembawa angan-angan, seperti titik, rintik,
jentik, lentik, detik, bintik, dsb. yang memiliki nuansa ‘kecil’
memiliki kebahasaan ini disebut ikonik (Sudaryanto, 1989).
Bentuk kebahasaan memiliki hubungan dengan konsep
dalam pikiran manusia yang disebut makna (sense), dan
konsep ini lazimnya berhubungan dengan sesuatu atau hal
yang ada di luar bahasa yang disebut referen (referent).
Dikatakan lazimnya karena tidak semua kata yang memiliki
makna memiliki referen (lihat 1.1). Makna bersifat umum
dan tidak tertentu, sedangkan referen bersifat tertentu. Bila
orang mengatakan meja, kursi, dsb. maka kata meja dan kursi
ini tidak menunjuk meja atau kursi tertentu, tetapi semua
SEMANTIK
4 Teori dan Analisis