Page 100 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 100

istrinya, Kuta Tuha. Hal ini sangat mengesankan rakyat Kenegrian Pineung, sebab TM Hasan yang                          lagi, bahkan juga dengan Soumokil yang kemudian menjadi tokoh sparatisme pendiri Republik Maluku
                                           diperkirakan kelak akan menjadi Uleebalang Kenegrian Pineung menggantikan ayahnya benar-benar                          Selatan (RMS) yang ingin melepaskan diri dari Negara Republik Indonesia. 2
                                           seorang pemimpin yang mengerti dan menghayati keluh-kesah kehidupan petani. Dalam pandangan
                                           rakyat, anak seorang  uleebalang yang  sarjana  muda  hukum mau turun ke sawah menanam kacang                          Rupanya apa yang dilakukan TM Hasan tidak terlepas dari pengawasan pihak Belanda. Oleh karena
                                           bersama rakyat kecil merupakan kejadian luar biasa dan tidak masuk akal.                                               itu sewaktu tiba kembali di Pelabuhan Ulee Lheu Kutaraja, semua bukunya disita untuk pemeriksaan
                                                                                                                                                                  karena dicurigai terdapat buku yang berkait dengan paham pergerakan dan membahayakan kedudukan
                                           Sesuai rencana pada bulan September 1931 TM Hasan meninggalkan kampung halamannya dengan                               Pemerintah Kolonial Belanda, khususnya Aceh. Buku-buku tersebut kemudian dikembalikan setelah
                                           diantar oleh sanak keluarga. Ia ke Kutaraja untuk seterusnya naik kapal di Pelabuhan Sabang. Ia                        melalui proses pemeriksaan yang lama. 3
                                           menumpang kapal Willem Ryus dari maskapai pelayaran Belanda. Di atas kapal ia berjumpa dengan
                                           Teuku Tahir, anak Teuku Chuk Muhammad Thayeb, Uleebalang Pereulak, bekas anggota Volksraad dan                         TM  Hasan mendirikan Perguruan Taman Siswa  di Kutaraja  pada tanggal 11 Juli 1937. Dalam
                                           seorang tokoh pergerakan yang disegani dan ditakuti oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Teuku Tahir                      kepengurusan lembaga yang diprakarsai oleh Ki Hajar Dewantara itu ia menjadi ketua, sementara
                                           akan melanjutkan pendidikan ke Fakultas Teknik Delft, Negeri Belanda.                                                  Teuku Nyak Arief menjadi sekretaris. Sesaat setelah pembentukannya, Hasan mengirim utusan, Teuku
                                                                                                                                                                  M. Usman el Muhammady, menemui Ki Hajar Dewantara di Yogyakarta untuk memohon agar Taman
                                           Tak beberapa lama berselang setelah tiba di Negeri Belanda TM Hasan mendaftarkan diri sebagai                          Siswa memperluas jaringan dengan mendirikan cabang di Aceh. Majelis Luhur Taman Siswa mengirim
                                           mahasiswa bidang Indische Recht Fakultas Hukum Rijks Universiteit Leiden. Adapun mata kuliah yang                      tiga orang guru ke Aceh, yaitu Ki Soewondo Kartoprojo beserta istrinya yang juga sebagai guru Taman
                                           wajib diikuti sehubungan dengan bidangnya itu meliputi Hukum Adat, Hukum Perdata, Hukum Dagang,                        Siswa dan Soetikno Padmosoemarto. Dalam waktu relatif singkat, TM Hasan dan pengurus Taman
                                           Hukum Acara Perdata, Sejarah Islam, Bahasa Jawa, Bahasa Melayu, Bahasa Arab, Tafsir Al-Quran,                          Siswa di Kutaraja berhasil membuka empat sekolah Taman Siswa di Kutaraja, yaitu Taman Anak, Taman
                                           dan Tafsir Surat kabar. Semua mata kuliah tersebut diperlukan untuk menempuh ujian sarjana guna                        Muda, Taman Antara, dan Taman Dewasa. Pada saatnya, berkat pengalaman di bidang pendidikan, TM
                                           memperoleh gelar Meester in de Rechten (Mr.). Selain itu ia masih mengikuti beberapa mata kuliah yang                  Hasan memutuskan pergi ke Batavia dan bekerja sebagai pegawai di Afdeling B, Departemen Van
                                           sebenarnya hanya sekadar menambah atau memperluas pengetahuan saja, yaitu Hukum Antar Bangsa,                          Onderwijsen Eiredeienst (Departemen Pendidikan). 4
                                           Filsafat, Ilmu Kepolisian, dan Parapsikologi. Mata kuliah-mata kuliah tersebut diperlukan apabila tiba
                                           saatnya ia terjun ke masyarakat. Salah satu guru di universitas tersebut Prof. Dr. Snouck Hurgronje                    Pada  tahun  1938  Mr.  TM  Hasan  dipindahkan  ke  Medan  sebagai  Adjunct  Refrendarist  pada  kantor
                                           (mata kuliah Tafsir Al-Quran). Seperti dimaklumi guru besar tersebut dikenal luas di Indonesia, setidak-               Gouverneur van Soematra ‘Kantor Gubernur Sumatera’ bagian Algemmene Zaken en Wetgeving. Di tempat
                                           tidaknya di kalangan para ilmuwan. Ia menjadi arsitek penaklukan Aceh dan pernah bergaul dengan                        kedudukannya yang baru ia tetap giat berusaha sejauh kemampuan dan kesempatan yang diumungkinkan
                                           ayah TM Hasan, TBP Ibrahim, pada waktu bertugas di Pidie tahun 1898. 1                                                 untuk kemerdekaan bangsanya. Dalam hubungan kerja di kantor gubernur ia sering berhadapan dengan
                                                                                                                                                                  Dr. Beck, residen yang diperbantukan pada Kantor Gubernur Sumatera. Pada suatu perjumpaan Beck
                                                                                                                                                                  mengkritik secara tajam kaum nasionalis yang secara gigih memperjuangkan nasib bangsanya di Volksraad.
                                           TERJUN KE DUNIA PERGERAKAN
                                                                                                                                                                  Menurut Beck, apa yang mereka tuntut, yaitu kemerdekaan, belum masanya diberikan sebab rakyat
                                           Selain tekun belajar TM Hasan juga aktif dalam kegiatan organisasi, di antaranya Perhimpunan                           Indonesia sebagian besar masih dalam kebodohan, sedang kaum terpelajar masih terbatas sekali. Kalaupun
                                           Indonesia (PI), suatu organisasi pergerakan mahasiswa Indonesia yang dengan gigih memperjuangkan                       diberikan mereka tidak akan mampu mengendalikan pemerintahan di alam kemerdekaan. TM Hasan
                                           Indonesia Merdeka. Selain itu ia juga menjadi anggota perkumpulan Gadjah Mada, suatu organisasi yang                   menjawab melalui suatu pernyataan: “Apakah tidak lebih baik apabila Pemerintah Belanda merencanakan
                                           secara teratur mengadakan pembahasan dan diskusi dalam berbagai masalah keilmuan, terutama di                          dan sekaligus menjanjikan untuk memberikan kemerdekaan pada bangsa Indonesia dalam batas waktu
                                           bidang Hukum Indonesia. Karena selalu aktif mengikuti diskusi dan sering mengajukan makalah untuk                      tertentu, umpamanya dalam waktu sepuluh tahun mendatang, dan selama masa tenggang itu bangsa
                                           dibahas, ia diberi piagam penghargaan oleh organisasi tersebut. Piagam itu bertanggal 9 Desember                       Indonesia secara intensif disiapkan untuk tenaga-tenaga ahli, khususnya di bidang pemerintahan, seperti
                                           1933 dan ditandatangani oleh ketuanya, Mr. Klein. Kendatipun anti komunis secara konsekuen TM                          kontrolir (wedana), asisten-residen, residen, gubernur, dan sebagainya. Dengan cara begini pertentangan
                                           Hasan menjadi anggota organisasi komunis Vrienden voor Soviet Unie (VVSU) agar lebih memahami                          dan kesenjangan yang terjadi selama ini antara Pemerintah Belanda di satu pihak dan para pemimpin
                                           komunisme beserta sepak terjangnya. Ia menggunakan nama samaran Abdul Gaffar untuk menghindari                         Indonesia di pihak lain dapat dihindari.” Beberapa hari kemudian TM Hasan dipanggil oleh Sekertaris
                                           pengawasan dari Pemerintah Belanda terhadap mahasiswa Indonesia yang melakukan kegiatan politik,                       Gubernur Sumatera Mr. Nolting. Ia diperintahkan untuk tidak mencampuri dan melakukan kegiatan
                                           apalagi dalam kegiatan komunisme. Dalam organisasi tersebut ia dapat melihat sendiri bagaimana                         politik. Peringatan itu diberikan Nolting atas nama Gubernur Sumatera. 5
                                           komunisme melancarkan agitasi yang pada umumnya cukup menjijikkan terhadap lawannya.
                                                                                                                                                                  Dalam pada itu kecurigaan penguasa Kolonial Belanda terhadap TM Hasan tidak pernah hilang bahkan
                                           Selain dapat menimba sejumlah pengalaman dan ilmu pengetahuan di Negeri Belanda, TM Hasan juga                         sampai menjelang akhir penjajahannya di Indonesia. Beberapa hari sebelum tentara Jepang mendarat di
                                           dapat berkenalan dengan sejumlah pemuda dan mahasiswa Indonesia, terutama dengan mereka yang                           Aceh, pada bulan Maret 1942, meletus pemberontakan dan perebutan kekuasaan yang dilancarkan oleh
                                           gigih memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, antara lain Achmad Soebardjo, Ichsan, Maria Oelfah,
                                           Siti Sundari, Mas Soelaiman, Prijono, Darsono, Oetojo Ramelan, Tjokrohadisoemarto, Aboetari, dan                       2  Ibid., hlm. 36.
                                           R. Soekanto (dari Pulau Jawa); Rustam Effendi yang menjadi anggota Parlemen Belanda, Nasrun, dan                       3  Ibid., hlm. 40.
                                           Mohammad Hatta (dari Sumatera Barat); Sutan Gunung Mulia dan Luat Siregar (dari Tapanuli); Tengku                      4     Dzikry Subhani,“Jejak Kepahlawanan Teuku Muhammad Hasan, Gurbernur Pertama Sumatera”, diakses dari https://daerah.sindonews.
                                           Djalaluddin dan Ildrem (dari Sumatera Timur); Tajuddin Noor (dari Kalimantan); dan masih banyak                           com/read/1181235/29/jejak-kepahlawanan-teuku-muhammad-hasan-gubernur-pertama-sumatera-1487433250, pada tanggal 16
                                                                                                                                                                     November 2018, pukul 19.38 WIB.
                                           1  Ibid., 34-35.                                                                                                       5   Ibid., hlm. 45-46.




                             88   MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018                                                                                                             MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  89
   95   96   97   98   99   100   101   102   103   104   105