Page 98 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 98
Teuku Muhammad
Hasan ketika
menjadi mahasiswa
di Belanda bersama
pelajar Indonesia lain
(Sumber: Istimewa)
juga berjasa besar bagi TM Hasan dalam pembelajaran ketiga bahasa tersebut, terutama dalam kaitan
cara mengucapkan huruf dan kata.
Agar keterampilan berbahasa dikuasai sebaik mungkin diperlukan latihan baik secara lisan maupun
secara tertulis. TM Hasan menempuh cara yang patut dipuji, yaitu dengan cara pekerjaan rumah teman-
temannya selalu dijadikan bahan latihan dan diselesaikannya dengan tekun. Untuk mengoreksinya ia
menggunakan jawaban teman-temannya yang telah diperiksa dan diperbaiki oleh guru mereka di sekolah.
Dengan cara demikian secara bertahap TM Hasan berhasil menguasai bahasa-bahasa Inggris, Jerman, dan
Prancis kendatipun yang disebut terakhir tidak sebaik bahasa Inggris dan Jerman. Selain itu ia berminat
menempuh ujian MULO dan AMS karena ingin masuk perguruan tinggi. Sementara itu lulusan KWS
tidak bisa langsung masuk ke perguruan tinggi, tetapi wajib bekerja terlebih dahulu. Oleh sebab ia tidak
terdaftar pada MULO dan AMS, satu-satunya jalan yang harus ditempuh adalah melalui ujian ekstranei,
yang rupanya tiap tahun ajaran baru selalu dibuka untuk memberi kesempatan bagi mereka yang berminat.
Setelah tiga tahun menjadi penghuni asrama JPC TM Hasan meminta izin Kepala Asrama JPC untuk
mengikuti ujian ekstra MULO. Kepala asrama pun menyampaikan keinginan TM Hasan kepada Direktur
Hal ini tampak setelah ia meneruskan pelajaran ke Batavia (Jakarta) dan kemudian ke Negeri Belanda. KWS. TM Hasan diberi izin oleh Direktur KWS karena prestasinya di KWS sangat memuaskan. Waktu itu
Istrinya, Pocut Hijo, rela ditinggal di kampung halaman. Di Batavia TM Hasan mengikuti ujian masuk sedang tidak ada ujian MULO di Batavia. Yang ada ada di Bandung, di MULO Douwes Dekker. TM Hasan
KWS dengan mengambil jurusan sipil basah, jurusan membuat jembatan, dan semacamnya. Ia lulus dan diizinkan pergi ujian extranei MULO Bandung. Pada waktu itu terdapat 13 orang peserta ujian dan TM Hasan
mengikuti pendidikan di sekolah tersebut. Sekali atau dua kali dalam seminggu ia mengenakan pakaian satu-satunya peserta dari Batavia. Ia berada di Bandung selama tiga hari untuk ujian sekaligus menunggu
kerja hijau untuk praktek. TM Hasan tinggal di asrama Internaat Jan Pieterszoon Coen Stichting (JPC) pengumuman hasil ujian. Ketika hasil ujian diumumkan hanya peserta dari Batavia saja yang lulus, yaitu TM
di Jl. Guntur, dekat Pasar Manggis. Sebagai seorang anak uleebalang yang terpandang di Aceh ia dengan Hasan. Ia segera memberi khabar Kepala Asrama JPC dan Kepala Asrama JPC pun meneruskan khabar
mudah dapat diterima di asrama tersebut. Di sana tinggal tidak kurang 150 orang pelajar yang umumnya tersebut kepada Direktur KWS. Direktur KWS sangat senang. Ketika TM Hasan tiba di Batavia Direktur
terdiri dari anak-anak para bangsawan dan Indo yang berasal dari seluruh Indonesia. Mereka ada yang KWS membuat pesta makan malam untuk merayakan keberhasilan TM Hasan lulus ujian MULO.
sedang belajar di MULO, Algemeene Middelbare School (AMS), Hoogere Burgerschool (HBS), KWS,
dan lain-lain. Hal ini sangat menguntungkan TM Hasan, sebab di samping dapat berkenalan dengan Berkat semangat belajar yang tidak kenal menyerah TM Hasan berhasil mewujudkan cita-citanya.
teman-teman sebangsa yang berasal dari seluruh Indonesia ia juga dapat menambah pengetahuan dari Pada tahun 1927 ia berhasil meraih ijazah MULO melalui ujian ekstranei di Bandung, ijazah KWS—
mereka yang sudah lebih tinggi tingkat pendidikannya. tempat ia terdaftar secara resmi sejak kelas satu—diperolehnya pada tahun 1928, dan pada tahun
1929 ia mengikuti ujian ekstranei AMS di Batavia dengan hasil memuaskan. Dengan demikian selama
Selama bersekolah di KWS dan bertempat tinggal di asrama JPC TM Hasan benar-benar menggunakan lima tahun TM Hasan berhasil memperoleh tiga ijazah sekolah menengah; suatu prestasi yang sangat
waktu sebaik mungkin. Ia sangat tekun belajar, sehingga Pasar Manggis yang letaknya sangat dekat membanggakan.
dengan asrama hampir tidak pernah dikunjungi kecuali kalau ada keperluan mendesak. Sebagian
besar waktu di asrama digunakan untuk membaca buku, baik yang dipinjam dari sekolah maupun Dengan ijazah yang dimilikinya sudah tentu tidak mengalami kesulitan bagi TM Hasan memasuki salah
yang dibelinya. Waktu senggang pada umumnya digunakan untuk belajar biola dari guru khusus yang satu sekolah tinggi. Masalahnya ialah bidang studi apa yang harus dipilih sesuai dengan bakat dan cita-
didatangkan ke asrama. citanya. Setelah dipertimbangkan masak-masak, terutama dikaitkan dengan tugas-tugas kepemimpinan
di masa depan, akhirnya ia memilih memperdalam ilmu di bidang hukum. Maka pada tahun ajaran
Asrama JPC mempunyai peraturan ketat, baik mengenai waktu belajar dan istirahat, kewajiban 1929/1930 ia mendaftarkan diri pada Rechtshoogeschool ‘Sekolah Tinggi Hukum’ di Batavia. Seperti
pembayaran uang iuran asrama, maupun ketentuan-ketentuan lain, misalnya dalam pergaulan sehari- ketika belajar di sekolah menengah, ia tidak menemui kesulitan berarti dalam mengikuti kuliah. Dengan
hari di asrama diharuskan menggunakan Bahasa Belanda. Dalam hal ini tentu tidak terlepas dari mudah ia dapat mengikuti semua mata pelajaran yang diharuskan selesai pada tingkat pertama. Pada
politik kolonial Belanda, khususnya di bidang kebudayaan. Mereka yang akan keluar asrama ini kelak tahun 1930 ia lulus tingkat Candidaat I ‘ijazah tingkat persiapan’. Demikian pula pada kuliah tingkat
diharapkan memiliki sikap kebelandaan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Setiap penghuni asrama berikutnya. Tahun 1931 ia lulus Candidaat II ‘sarjana muda’. Setelah berhasil meraih gelar sarjana muda
dikenakan uang iuran sebanyak 50 gulden tiap bulan dan. di Rechthoogeschool ia berhasrat melanjutkan pendidikan ke Negeri Belanda, pada tingkat doktoral
(sarjana hukum) di Rijks Universiteit Leiden. Oleh karena itu ia pulang ke kampung halaman untuk
TM Hasan senang karena tidak diajarkan bahasa asing lain di sekolah itu selain bahasa Belanda yang juga
digunakan sebagai bahasa pengantar. Hal ini berlainan dengan di MULO, HBS, dan AMS, yang selain musyawarah dengan orang tuanya di samping menjenguk keluarganya yang sudah lama ditinggalkan,
meskipun tidak berarti selama tujuh tahun di Batavia ia tidak pernah pulang karena ada masa libur yang
terdapat Bahasa Belanda sebagai mata pelajaran juga diajarkan bahasa-bahasa Inggris, Jerman, dan merupakan kesempatan untuk pulang kampung.
Prancis. Meski demikian karena sangat berminat memahami dan dapat berbicara bahasa asing tersebut,
terutama Bahasa Inggris, ia mengambil inisiatif sendiri. Caranya, melalui teman-temannya yang belajar di Berhubung ada rencana ke Negeri Belanda sudah tentu TM Hasan tidak lama tinggal di kampung
MULO, AMS, ataupun HBS. Dari teman-temannya itulah TM Hasan memperoleh buku-buku pelajaran halamannya. Namun demikian dalam waktu yang singkat itu, sambil mengunjungi sanak keluarganya
bahasa Inggris, Jerman, dan Prancis dan yang kemudian dipelajarinya dengan tekun. Teman-temannya di sekitar Kenegrian Pineung, ia sempat bertani menanam kacang bersama penduduk di kampung
86 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 87