Page 99 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 99

Teuku Muhammad
 Hasan ketika
 menjadi mahasiswa
 di Belanda bersama
 pelajar Indonesia lain
 (Sumber: Istimewa)
               juga berjasa besar bagi TM Hasan dalam pembelajaran ketiga bahasa tersebut, terutama dalam kaitan
               cara mengucapkan huruf dan kata.

               Agar keterampilan berbahasa dikuasai sebaik mungkin diperlukan latihan baik secara lisan maupun
               secara tertulis. TM Hasan menempuh cara yang patut dipuji, yaitu dengan cara pekerjaan rumah teman-
               temannya selalu dijadikan bahan latihan dan diselesaikannya dengan tekun. Untuk mengoreksinya ia
               menggunakan jawaban teman-temannya yang telah diperiksa dan diperbaiki oleh guru mereka di sekolah.
               Dengan cara demikian secara bertahap TM Hasan berhasil menguasai bahasa-bahasa Inggris, Jerman, dan
               Prancis kendatipun yang disebut terakhir tidak sebaik bahasa Inggris dan Jerman. Selain itu ia berminat
               menempuh ujian MULO dan AMS karena ingin masuk perguruan tinggi. Sementara itu lulusan KWS
               tidak bisa langsung masuk ke perguruan tinggi, tetapi wajib bekerja terlebih dahulu. Oleh sebab ia tidak
               terdaftar pada MULO dan AMS, satu-satunya jalan yang harus ditempuh adalah melalui ujian ekstranei,
               yang rupanya tiap tahun ajaran baru selalu dibuka untuk memberi kesempatan bagi mereka yang berminat.
               Setelah tiga tahun menjadi penghuni asrama JPC TM Hasan meminta izin Kepala Asrama JPC untuk
               mengikuti ujian ekstra MULO. Kepala asrama pun menyampaikan keinginan TM Hasan kepada Direktur
 Hal ini tampak setelah ia meneruskan pelajaran ke Batavia (Jakarta) dan kemudian ke Negeri Belanda.   KWS. TM Hasan diberi izin oleh Direktur KWS karena prestasinya di KWS sangat memuaskan. Waktu itu
 Istrinya, Pocut Hijo, rela ditinggal di kampung halaman. Di Batavia TM Hasan mengikuti ujian masuk   sedang tidak ada ujian MULO di Batavia. Yang ada ada di Bandung, di MULO Douwes Dekker. TM Hasan
 KWS dengan mengambil jurusan sipil basah, jurusan membuat jembatan, dan semacamnya. Ia lulus dan   diizinkan pergi ujian extranei MULO Bandung. Pada waktu itu terdapat 13 orang peserta ujian dan TM Hasan
 mengikuti pendidikan di sekolah tersebut. Sekali atau dua kali dalam seminggu ia mengenakan pakaian   satu-satunya peserta dari Batavia. Ia berada di Bandung selama tiga hari untuk ujian sekaligus menunggu

 kerja hijau untuk praktek. TM Hasan tinggal di asrama Internaat Jan Pieterszoon Coen Stichting (JPC)   pengumuman hasil ujian. Ketika hasil ujian diumumkan hanya peserta dari Batavia saja yang lulus, yaitu TM
 di Jl. Guntur, dekat Pasar Manggis. Sebagai seorang anak uleebalang yang terpandang di Aceh ia dengan   Hasan. Ia segera memberi khabar Kepala Asrama JPC dan Kepala Asrama JPC pun meneruskan khabar
 mudah dapat diterima di asrama tersebut. Di sana tinggal tidak kurang 150 orang pelajar yang umumnya   tersebut kepada Direktur KWS. Direktur KWS sangat senang. Ketika TM Hasan tiba di Batavia Direktur
 terdiri dari anak-anak para bangsawan dan Indo yang berasal dari seluruh Indonesia. Mereka ada yang   KWS membuat pesta makan malam untuk merayakan keberhasilan TM Hasan lulus ujian MULO.
 sedang belajar di MULO, Algemeene Middelbare School (AMS), Hoogere Burgerschool (HBS), KWS,
 dan lain-lain. Hal ini sangat menguntungkan TM Hasan, sebab di samping dapat berkenalan dengan   Berkat  semangat  belajar  yang  tidak  kenal menyerah  TM  Hasan  berhasil mewujudkan  cita-citanya.
 teman-teman sebangsa yang berasal dari seluruh Indonesia ia juga dapat menambah pengetahuan dari   Pada tahun 1927 ia berhasil meraih ijazah MULO melalui ujian ekstranei di Bandung, ijazah KWS—
 mereka yang sudah lebih tinggi tingkat pendidikannya.  tempat ia terdaftar secara resmi sejak kelas satu—diperolehnya pada tahun 1928, dan pada tahun
               1929 ia mengikuti ujian ekstranei AMS di Batavia dengan hasil memuaskan. Dengan demikian selama
 Selama bersekolah di KWS dan bertempat tinggal di asrama JPC TM Hasan benar-benar menggunakan   lima tahun TM Hasan berhasil memperoleh tiga ijazah sekolah menengah; suatu prestasi yang sangat
 waktu sebaik mungkin. Ia sangat tekun belajar, sehingga Pasar Manggis yang letaknya sangat dekat   membanggakan.
 dengan  asrama  hampir tidak  pernah  dikunjungi  kecuali kalau  ada  keperluan  mendesak. Sebagian
 besar waktu di asrama digunakan untuk membaca buku, baik yang dipinjam dari sekolah maupun   Dengan ijazah yang dimilikinya sudah tentu tidak mengalami kesulitan bagi TM Hasan memasuki salah
 yang dibelinya. Waktu senggang pada umumnya digunakan untuk belajar biola dari guru khusus yang   satu sekolah tinggi. Masalahnya ialah bidang studi apa yang harus dipilih sesuai dengan bakat dan cita-
 didatangkan ke asrama.  citanya. Setelah dipertimbangkan masak-masak, terutama dikaitkan dengan tugas-tugas kepemimpinan
               di masa depan, akhirnya ia memilih memperdalam ilmu di bidang hukum. Maka pada tahun ajaran
 Asrama JPC mempunyai peraturan ketat, baik mengenai waktu belajar dan istirahat, kewajiban   1929/1930 ia mendaftarkan diri pada Rechtshoogeschool ‘Sekolah Tinggi Hukum’ di Batavia. Seperti
 pembayaran uang iuran asrama, maupun ketentuan-ketentuan lain, misalnya dalam pergaulan sehari-  ketika belajar di sekolah menengah, ia tidak menemui kesulitan berarti dalam mengikuti kuliah. Dengan
 hari di asrama diharuskan menggunakan Bahasa Belanda. Dalam hal ini tentu tidak terlepas dari   mudah ia dapat mengikuti semua mata pelajaran yang diharuskan selesai pada tingkat pertama. Pada
 politik kolonial Belanda, khususnya di bidang kebudayaan. Mereka yang akan keluar asrama ini kelak   tahun 1930 ia lulus tingkat Candidaat I ‘ijazah tingkat persiapan’. Demikian pula pada kuliah tingkat
 diharapkan memiliki sikap kebelandaan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Setiap penghuni asrama   berikutnya. Tahun 1931 ia lulus Candidaat II ‘sarjana muda’. Setelah berhasil meraih gelar sarjana muda

 dikenakan uang iuran sebanyak 50 gulden tiap bulan dan.  di Rechthoogeschool ia berhasrat melanjutkan pendidikan ke Negeri Belanda, pada tingkat doktoral
               (sarjana hukum) di Rijks Universiteit Leiden. Oleh karena itu ia pulang ke kampung halaman untuk
 TM Hasan senang karena tidak diajarkan bahasa asing lain di sekolah itu selain bahasa Belanda yang juga
 digunakan sebagai bahasa pengantar. Hal ini berlainan dengan di MULO, HBS, dan AMS, yang selain   musyawarah dengan orang tuanya di samping menjenguk keluarganya yang sudah lama ditinggalkan,
               meskipun tidak berarti selama tujuh tahun di Batavia ia tidak pernah pulang karena ada masa libur yang
 terdapat Bahasa Belanda sebagai mata pelajaran juga diajarkan bahasa-bahasa Inggris, Jerman, dan   merupakan kesempatan untuk pulang kampung.
 Prancis. Meski demikian karena sangat berminat memahami dan dapat berbicara bahasa asing tersebut,
 terutama Bahasa Inggris, ia mengambil inisiatif sendiri. Caranya, melalui teman-temannya yang belajar di   Berhubung ada rencana ke Negeri Belanda sudah tentu TM Hasan tidak lama tinggal di kampung
 MULO, AMS, ataupun HBS. Dari teman-temannya itulah TM Hasan memperoleh buku-buku pelajaran   halamannya. Namun demikian dalam waktu yang singkat itu, sambil mengunjungi sanak keluarganya
 bahasa Inggris, Jerman, dan Prancis dan yang kemudian dipelajarinya dengan tekun. Teman-temannya   di sekitar Kenegrian Pineung, ia sempat bertani menanam kacang bersama penduduk di kampung




 86  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  87
   94   95   96   97   98   99   100   101   102   103   104