Page 295 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 295

Atas
                                                                                                             Pernikahan Moh.
                                                                                                             Said dengan Sugiarti
                                                                                                             tahun 1956
                                                                                                             (Sumber: Repro
                                                                                                             buku Mohammad
                                                                                                             Said Reksohadiprodjo,
 Jakarta. Empat tahun kemudian lahirlah anak semata wayang mereka, Endang Muri Budi Setyarti, yang           Hasil Karya dan
 dikenal dengan panggilan Ake.                                                                               Pengabdiannya)
 12
 Rokok dan kopi merupakan teman setia Moh. Said saat membaca ataupun menulis. Kebiasaan tersebut             Tengah Kiri
 berpengaruh pada kondisi kesehatannya. Pada usia ke 62 tahun, atau tepatnya Kamis Pahing, 21 Juni           Keluarga Moh. Said
                                                                                                             di depan Gedung
 1979, pukul 19.54, ia tutup usia karena penyakit sesak napas yang dideritanya. Berita kepergiannya          Taman Siswa Jakarta
 tercatat dalam banyak surat kabar di Indonesia. Orang-orang yang mengenal Moh. Said mengenang               (Sumber: Repro
 pertemuan dan kehidupan Moh. Said dalam tulisan pribadi atau di media massa.  Setelah disemayamkan          buku Mohammad
 13
                                                                                                             Said Reksohadiprodjo,
 di aula Taman Siswa Jakarta, Jl. Garuda 25, jenazah Moh. Said dibawa ke Yogyakarta untuk dimakamkan         Hasil Karya dan
                                                                                                             Pengabdiannya)
 di makam keluarga Taman Siswa, Taman Wijayabrata, pada tanggal 23 Juni 1979. Sebagai orang yang
 sangat  berjasa  dalam  pendidikan  dan  kebudayaan,  kepergiannya  dihadiri  oleh  sahabat  dan  pejabat-  Tengah Kanan
 pejabat negara, seperti Ketua Dewan Pertimbangan Agung (DPA) Dr. K.H. Idham Cholid, Menko                   Moh. Said berada
                                                                                                             di rumahnya
 Kesra Soerono, Menteri P dan K Dr. Deoed Joesoef, dan Menteri PPLH Dr. Emil Salim. 14                       dengan latar lukisan
                                                                                                             Ir. Soekarno di
                                                                                                             belakangnya
                                                                                                             (Sumber: Repro
                                                                                                             buku Mohammad
                                                                                                             Said Reksohadiprodjo,
 “Ki Mohammad Said, tokoh pendidikan dari Taman Siswa                                                        Hasil Karya dan
                                                                                                             Pengabdiannya)
 Kamis pukul 19.55 meninggal dunia di  Rumah  Sakit
 Persahabatan, Jakarta, setelah sebulan menderita sakit                                                      Bawah
                                                                                                             Makam Moh. Said di
 asmatis bronchitis dan seminggu di rumah sakit.” 15
                                                                                                             Taman Wijayabrata
                                                                                                             (Sumber: Repro
                                                                                                             buku Mohammad
                                                                                                             Said Reksohadiprodjo,
                                                                                                             Hasil Karya dan
                                                                                                             Pengabdiannya)

 PEMIKIRAN DAN KARYA

 Lahir di lingkungan priyayi Islam dan mengenyam pendidikan di sekolah Eropa  mempengaruhi
 pemikiran Moh. Said saat beranjak dewasa. Ilmu tentang Islam ia dapatkan pertama-tama dari guru
 mengaji yang dikirim oleh ayahnya ke rumah. Raden Mas Reksohadiprodjo pun menyediakan buku-
 buku agama Kristen, bahkan memberi kebebasan beragama bagi putra-putrinya. Moh. Said juga belajar
 teosofi saat bertemu dengan Sri Katidjah di HBS Semarang, sehingga ia semakin tertarik dengan ilmu
 agama dan filsafat. Ia menekuninya dengan membaca buku-buku filsafat, baik filsafat Timur, Barat,
 maupun Jawa, seperti karya-karya Krisnamurti, Gandi, Tagore, J.D. Bierens, Frederik van Eden,
 Ki Ageng Suryomentaram, Ki Hadjar Dewantara, dan RM Sosrokartono. Ia memadukan ajaran
 agama dan filsafat yang dia pelajari dan menerapkannya ke dalam kehidupannya.  Selain tertarik pada
 16
 filsafat, saat di HBS Semarang, Moh. Said juga bergabung dalam Kepanduan Bangsa Indonesia, suatu
 perkumpulan remaja dengan semangat nasionalisme. 17

 Segala  ilmu  yang  didapatkan  di  sekolah  Barat  hingga  ilmu  filsafat  dan  agama  membuat  Moh.  Said
 berfikir  kembali  tentang  dirinya.  Pada  umurnya  yang  ke  duapuluh  tahun  Moh.  Said  memilih  untuk
 memerdekakan  dan  mengabdikan  diri  ke  jalan  perjuangan  melalui  bidang  pendidikan  di  perguruan
 Taman Siswa. Di perguruan itulah ia mulai menerapkan segala ilmu yang ia miliki. Meskipun demikian
 Moh. Said menolak dirinya disebut penganut aliran kepercayaan. Ia ingin batinnya bebas tanpa terikat
 pada suatu aliran kepercayaan apa pun.
 18
 Apa yang dijalani Moh. Said dalam hidupnya disebut oleh Abdurrachman Surjomihardjo sebagai aliran
 filsafat “personalisme”, suatu aliran pikiran dalam filsafat, teologi, dan ajaran tentang masyarakat dan
 politik yang menempatkan manusia perorangan sebagai inti besaran kualitatif.  Dalam hal tersebut
 manusia berusaha menempatkan sesuatu secara benar, baik dalam pikiran maupun perbuatan. 19




 282  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  283
   290   291   292   293   294   295   296   297   298   299   300