Page 45 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 45

Atas                                                                                                        Ki Hadjar
 Ki Hadjar bersama                                                                                           Dewantara menemui
 Hatta dan Mas                                                                                               KRT Koeseoma
 Mansur (Poetera)                                                                                            Oetoya di jalan
                                                                                                             Kebon Sirih Jakarta
 (Sumber:                                                                                                    Pusat dalam rangka
 Perpustakaan                                                                                                penyusunan dan
 Nasional Republik                                                                                           penerbitan buku Dari
 Indonesia)
                                                                                                             Kebangunan Nasional
                                                                                                             sampai Proklamasi
 Tengah                                                                                                      Kemerdekaan
 “Empat Serangkai”                                                                                           (Sumber: Biro
 dari kiri ke kanan: Ki                                                                                      Umum, Sekretariat
 Hadjar Dewantara,                                                                                           Jenderal,
 Mohammad Hatta,                                                                                             Kementerian
 Soekarno, dan K.H.                                                                                          Pendidikan dan
 Mas Mansur, di                                                                                              Kebudayaan)
 kantor pusat Poetera
 (Poesat Tenaga
 Rakjat)
 (Sumber:
 Perpustakaan
 Nasional Republik
 Indonesia)
 Bawah
 Empat Serangkai
 yang terdiri dari
 Bung Karno, Bung
 Hatta, Ki Hadjar   Ki Hadjar Dewantara adalah Bapak Pendidik utusan rakyat yang tak tertandingi dalam menghadapi
 Dewantara, dan Kyai
 Haji Mas Mansyur   kolonialisme. 39
 bertemu dengan
 Hideteki Tojo  Pada Kongres Perkumpulan Partai-partai Politik Kebangsaan Indonesia (PPKI) yang dilaksanakan pada
 (Sumber:
 Perpustakaan   tanggal 31 Agustus 1928 di Surabaya, Ki Hadjar Dewantara memberi prasaran tentang pendidikan
 Nasional Republik   nasional dan  penyelenggaraan  atau  pembinaan  perguruan  nasional. Pada  tahun  yang  sama, ia  aktif
 Indonesia)
               menebitkan majalah, di antaranya Wasita, Poesara (1931), Keluarga, dan Keluarga Putera (1936). Di samping
               aktif di dunia jurnalisitik dan pendidikan, Ki Hadjar Dewantara juga aktif dalam bidang kesenian. Selama
               pengasingan di Belanda ia belajar seni drama pada Herman Kloppers. Ia bahkan mengarang buku
               metode atau notasi nyanyian daerah Jawa, Sari Swara, yang diterbitkan tahun 1930 oleh JB Wolters.
               Yang menarik, dari royalti yang didapat dari buku tersebut Ki Hadjar Dewantara dapat membeli sebuah
               mobil sedan Chevrolet.

               Meskipun demikian pada akhirnya Ki Hadjar Dewantara tetap mengutamakan pendidikan sebagai
               tujuan hidupnya. Sekolah yang didirikannya, Taman Siswa, mendapat banyak tentangan baik dari
               masyarakat pribumi maupun pemerintah kolonial. Peraturan tentang Ordonansi Sekolah Liar yang
               dikeluarkan oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1932, misalnya, sempat menyulitkan
               Taman Siswa  dan sekolah  swasta  lainnya.  Ordonansi tersebut  sesuai  dengan  isi  Staatsblad  1932
               No. 494 yang mulai berlaku pada 1 Oktober 1932. Tentu saja Ki Hadjar Dewantara tidak tinggal
               diam. Ia mengirim telegram kepada Gubernur Jenderal di Bogor yang isinya menentang pengesahan
               peraturan  tersebut.  Dengan  berbagai  dukungan  yang  diterimanya  Ki  Hadjar  Dewantara  berhasil
               menunda pengesahan peraturan tersebut. Walaupun begitu Ordonansi Sekolah Liar tetap diterbitkan
               sesuai dengan  Staatsblad No. 66 tanggal 21 Februari 1933. Perjuangan Ki Hadjar Dewantara
               mempertahankan Taman Siswa tidak sampai di situ. Pada tahun 1935 pemerintah Hindia Belanda
               melakukan provokasi: jika mendaftarkan anaknya ke Taman Siswa vrijbijljet atau kartu gratis pegawai
               kereta api akan dicabut. Sementara itu untuk pegawai negeri yang mendaftarkan anaknya di Taman
               Siswa kindertoelage atau tunjangan anak dicabut dan disusul loon belasting atau pajak upah juga ikut
               dicabut. Ki Hadjar Dewantara melawan kebijakan pemerintah Hindia Belanda tersebut dengan tetap
               menerapkan sistem kekeluargaan di lingkungan Taman Siswa, sehingga akhirnya pada tanggal 15 Juli
               1940 pemerintah Hindia Belanda terpaksa mengakui aturan di lingkungan Taman Siswa dan pajak
               upah pun dibebaskan. Dengan berbagai kendala dan tantangan yang dihadapi, Taman Siswa dianggap
               sebagai cikal bakal landasan sistem pendidikan nasional.

               39    Op.Cit., Suhartono Wiryopranoto, dkk., hlm. 162.




 32  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  33
   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50