Page 40 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 40
Ki Hadjar Dewantara Ki Hadjar Dewantara
Bersama Nyi menyampaikan
Hajar Dewantara pidato pada Kongres
berkunjung ke Balai Taman Siswa
Pustaka Jakarta (Sumber: Biro
Tahun 1936 Umum, Sekretariat
(Sumber: Biro Jenderal,
Umum, Sekretariat Kementerian
Jenderal, Pendidikan dan
Kementerian Kebudayaan)
Pendidikan dan
Kebudayaan)
berkeliling memberi ceramah dan penerangan dengan menggunakan film. Ia menerangkan keadaan
sebenarnya mengenai Indonesia, keinginan rakyat, serta menyanggah cerita-cerita bohong yang
disebarkan oleh Pemerintah Belanda tentang keadaan Indonesia. 30
Selain menulis di De Indier dan Hindia Poetera Soewardi juga menulis di Het Volk dan De Groene
Amsterdammer. Salah satu tulisannya yang di muat di Het Volk adalah “Terug naar het front” (Kembali ke
Medan Perjuangan). Ia juga memimpin pertunjukan kesenian dalam peringatan ulang tahun kesepuluh
Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1918 serta turut menerbitkan buku kenang-kenangan Sumbangsih
bersama Drs. Sosrokartono dan RM Notosuroto. Pada bulan September 1918 ia mendirikan kantor
berita Indonesische Persbuereau di Belanda. Kantor berita ini merupakan kantor berita pertama yang
menggunakan nama “Indonesia” dan digunakan di suratkabar negeri Belanda. Melalui berbagai tulisan
kantor berita ini melakukan perlawanan terhadap rencana pemerintah kolonial Belanda membentuk
Koloniale Raad. Kantor berita tersebut juga menjadi tempat berkumpul orang-orang Indonesia yang
31
menuntut ilmu di Belanda dan menjadi pusat propaganda bagi pergerakan kemerdekaan Indonesia.
Pada tahun yang sama Dr. E.F.E. Douwes Dekker kembali ke Hindia Belanda menyusul dr. Tjipto
Mangoenkoesoemo. Soewardi Soerjaningrat sebenarnya sudah bebas dari masa hukuman sejak tanggal
17 Agustus 1917, namun karena pada saat itu perang dunia sedang berkecamuk di Eropa Soewardi
belum bisa kembali ke Hindia Belanda. Selain itu masalah keuangan juga membuatnya kesulitan untuk
mendapatkan tiket pulang. Sebenarnya Mr. Van Deventer dan kawan-kawan sempat menawarkan
bantuan, tetapi ia menolak dengan sopan. 32
Keputusan Pemerintah Belanada mengakhiri pengasingan membuat Soewardi dan keluarganya
merasa keluar sebagai pemenang dari segala duka derita. Ia kembali ke Hindia Belanda pada
33
tahun 1919 bersama istri dan kedua putranya yang lahir Belanda, Astri Wandansari dan Subroto
Ario Mataram (nama anak kedua merupakan pemberian dr. Douwes Dekker, teman senasib dan
seperjuangan Soewardi). Setibanya di Hindia Belanda ia diangkat sebagai Ketua Pengurus Besar
34
Nasional IP dan sebagai pembina De Express, De Beweging, dan Persatoean Hindia yang berkedudukan
di Semarang. Namun tak lama kemudia ia menjadi jurnalis pertama Indonesia yang terkena ranjau
30 Suhartono Wiryopranoto, dkk., Op.Cit., hlm. 154.
31 Ibid., hlm. 157.
32 Ibid., hlm. 156.
33 Ibid., hlm. 61.
34 Darsiti Soeratman, Op.Cit., hlm. 62.
28 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 29