Page 36 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 36

Rumah Ki Hadjar                                                                                                                                                                                                                       Atas
                          Dewantara di jalan                                                                                                                                                                                                                    Ki Hadjar
                          Tanjung (sekarang                                                                                                                                                                                                                     Dewantara dan
                          jalan Gajah Mada)                                                                                                                                                                                                                     keluarga bersama
                          yang bagian                                                                                                                                                                                                                           teman-teman
                          serambinya dijadikan                                                                                                                                                                                                                  dekatnya di negeri
                          sebagai ruang kelas.                                                                                                                                                                                                                  Belanda sebelum
                          Ki Hadjar Dewantara                                                                                                                                                                                                                   kembali ke Tanah
                          dan keluarganya                                                                                                                                                                                                                       Air pada tanggal 19
                          menempati dua                                                                                                                                                                                                                         September 1919
                          ruang tengah pada
                          rumah ini                                                                                                                                                                                                                             (Sumber: Biro
                                                                                                                                                                                                                                                                Umum, Sekretariat
                          (Sumber: Biro                                                                                                                                                                                                                         Jenderal,
                          Umum, Sekretariat                                                                                                                                                                                                                     Kementerian
                          Jenderal,                                                                                                                                                                                                                             Pendidikan dan
                          Kementerian                                                                                                                                                                                                                           Kebudayaan)
                          Pendidikan dan
                          Kebudayaan)
                                                                                                                                                                                                                                                                Tengah
                                                                                                                                                                                                                                                                Ki Hadjar Dewantara
                                                                                                                                                                                                                                                                (duduk bersila paling
                                                                                                                                                                                                                                                                kanan) berfoto
                                                                                                                                                                                                                                                                bersama kawan-
                                                                                                                                                                                                                                                                kawannya di Negeri
                                                                                                                                                                                                                                                                Belanda menjelang
                                                                                                                                                                                                                                                                kepulangan
                                                                                                                                                                                                                                                                Dokter Cipto
                                                                                                                                                                                                                                                                Mangunkusumo ke
                                                                                                                                                                                                                                                                Hindia Belanda.
                                                                                                                                                                                                                                                                (Sumber: Biro
                                           untuk menunjang perjuangan menuju kemerdekaan. Soewardi dan istri mendapat kiriman f 150 per                                                                                                                         Umum, Sekretariat
                                           bulan. Demikian pula Cipto Mangunkusumo dan istri. Adapun Douwes Dekker dan istri dengan dua                                                                                                                         Jenderal,
                                                                                                                                                                                                                                                                Kementerian
                                           orang anakknya mendapat kiriman f 250 per bulan.  Walaupun dengan keuangan sangat terbatas                                                                                                                           Pendidikan dan
                                                                                           24
                                                                                                                                                                                                                                                                Kebudayaan)
                                           Soewardi selalu memegang teguh prinsip berdiri di atas kaki sendiri. Ia menolak bantuan yang sekiranya
                                           akan mengikat agar tidak kehilangan kebebasan.                                                                                                                                                                       Bawah
                                                                                                                                                                                                                                                                Keluarga Ki Hadjar
                                           Di Negeri Belanda Soewardi bertemu dengan mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang sedang menuntut                                                                                                                         Dewantara sesaat
                                                                                                                                                                                                                                                                setelah tiba dari
                                           ilmu di berbagai universitas di negeri tersebut, di antaranya Sartono, Soebardjo, Laoh, dan Samsi.                                                                                                                   pengasingan di
                                           Soewardi sering mengadakan pertemuan dengan mereka untuk bertukar pikiran. Pertemuan biasanya                                                                                                                        negeri Belanda
                                           dilangsungkan di tempat kediaman Soewardi sambil menikmati masakan Indonesia. Keluarga Soewardi                                                                                                                      (Sumber: Biro
                                                                                                                                                                                                                                                                Umum, Sekretariat
                                           sering membeli hati ayam, ampela, iso, babad, dan sejenisnya karena harganya sangat murah. Orang                                                                                                                     Jenderal,
                                                                                                                                                                                                                                                                Kementerian
                                           Belanda tidak mau makan jeroan ‘bagian dalam’ ayam dan bagian lain, seperti, sayap, leher, kepala, dan                                                                                                               Pendidikan dan
                                           kaki. Berhubung Soewardi sering membeli jeroan ayam dalam jumlah besar, suatu ketika bertanyalah                                                                                                                     Kebudayaan)
                                           si penjual, “Berapakah anjing tuan di rumah?”. Perlu diketahui bahwa di Barat jeroan dan sejenisnya
                                           menjadi makanan anjing. 25
                                           Untuk mencukupi biaya hidup yang tinggi, Soewardi mengirim artikel atau karangan lain ke surat kabar
                                           atau majalah di Negeri Belanda. Ia juga tetap membantu menulis untuk surat kabar Oetoesan Hindia
                                           yang diasuh oleh Cokroaminoto. Sebagai imbalannya ia menerima uang f 50 setiap bulan. Dari sahabat-
                                           sahabatnya orang Indonesia yang telah lebih lama tinggal di Negeri Belanda, Soewardi mendapat
                                           bantuan barang dan bahan makanan. Mr. Gondowinoto, misalnya, memberi bantuan alat-alat rumah
                                           tangga, beras, dan pakaian. Dari bekas gurunya di STOVIA, Dr. Koolemans Beymen, yang pada waktu
                                           itu menjadi profesor di Universitas Den Haag, dan keluarganya ia menerima banyak bantuan untuk
                                           keperluan kesehatan.  Ia juga bersahabat dengan seorang bangsawan yang mengikuti zaman, seorang
                                                              26
                                           putra  raja  yang mempunyai dasar  demokratis  dan banyak memikirkan kepentingan rakyat. Nama
                                           bangsawan itu RMA Suryo Pranoto, putra Mangkunegaran. Betapa gembira Soewardi ketika mendengar
                                           berita  bahwa  RMA Suryo  Pranoto  dinobatkan menjadi Mangkunegara  VII pada  tahun 1916. Besar
                                           harapannya bahwa sahabatnya yang berpikiran modern itu—yang kemudian mempunyai kesempatan
                                           untuk melaksanakan cita-citanya—dapat bekerja sesuai dengan gagasannya yang demokratis. Soewardi
                                           menilai raja baru tersebut sebagai orang yang berpendirian kuat dan telah melalui beberapa percobaan


                                           24    Ibid., hlm. 55.
                                           25    Ibid., hlm. 57.
                                           26    Ibid., hlm. 57-58.




                             24   MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018                                                                                                             MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  25
   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41