Page 32 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 32
Dari kiri ke
kanan: Dr. Tjipto
Mangunkusumo,
Dr. E.F.E. Douwes
Dekker dan
Ki Hadjar Dewantara
(Sumber:
Perpustakaan DUNIA PERGERAKAN
Nasional Republik
Indonesia)
Setelah keluar dari STOVIA, Soewardi sempat bekerja sebagai analis di laboratorium Pabrik Gula
Kalibagor, Banyumas, sebelum akhirnya kembali ke Yogyakarta dan bekerja di sebuah apotik.
11
12
Ia tidak terlalu lama tinggal di Yogyakarta karena kemudian pindah ke Bandung pada tahun 1912.
Ketertarikannya terhadap pers mengantarkannya bekerja sebagai anggota redaksi harian De Express
pimpinan E.F.E. Douwes Dekker dan ikut membantu Oetosan Hindia pimpinan H.O.S. Tjokroaminoto.
Selain di kedua harian tersebut, Soewardi juga aktif di beberapa surat kabar, seperti Sedjatama, harian
Kaoem Moeda, Midden Java, S.I. Soerabaija, Tjahaja Timoer (Malang), dan Het Tijdschrift (Bandung).
Selain jurnalistik Soewardi juga aktif dalam organisasi politik, bahkan sejak tahun 1908 ia menjadi
anggota Boedi Oetomo. Ia juga menjadi Ketua Sarekat Islam (SI) cabang Bandung.
Perkenalan pertama kali Soewardi Soerjaningrat dengan Douwes Dekker berlangsung sekitar tahun
1908. Pada waktu itu Douwes Dekker menjadi redaktur Bataviasche Nieuwsblad yang dipimpin oleh
Zaalberg. Douwes Dekker, nama lengkapnya Ernest Francois Eugene Douwes Dekker, adalah seorang
jurnalis yang cakap. Pada tahun 1902, ketika kembali ke Indonesia dari tempat pembuangannya di Sailan
(ia diasingkan oleh Inggris karena ikut Perang Bur di Afrika Selatan melawan Inggris) ia diterima menjadi
koresponden surat kabar De Locomotief. Ia Kemudian pindah ke Harian Soerabaijasch Handelsblad dan
sesudah itu pindah ke harian Bataviasche Nieuwsblad. Douwes Dekker dan Zaalberg sama-sama orang
indo, tetapi sikap mereka terhadap bangsa Indonesia sangat berbeda. Zaalberg merendahkan bangsa
Indonesia, sedangkan Douwes Dekker membela kepentingan bangsa Indonesia. Sebagai redaktur yang
mempunyai wibawa terhadap atasannya, Zaalberg, Douwes Dekker dapat memasukkan beberapa
pembantu dari bangsa Indonesia, di antaranya Suryopranoto, Cokrodirjo, Cipto Mangunkusumo,
dan Gunawan Mangunkusumo. Dengan demikian harian tersebut sering memuat tulisan-tulisan yang
mempropagandakan cita-cita kebangsaan, yang pada waktu itu sedang tumbuh dengan hebat. Soewardi
menyebut bahwa “infiltrasi” yang amat efektif ini berkat jasa pertama kawannya, Douwes Dekker,
sebagai “pelopor” pergerakan nasional.
Dalam waktu satu tahun kemudian tersiarlah cita-cita kebangsaan bangsa Indonesia di kalangan orang-
orang Belanda yang terkemuka baik di lingkungan pemerintah maupun masyarakat Hindia Belanda.
Karena dianggap berbahaya untuk keamanan orang-orang Belanda, direksi memecat Douwes Dekker
dari jabatannya sebagai redaktur Bataviaasch Nieuwesblad. Meskipun demikian Douwes Dekker tidak
berhenti bekerja untuk mencapai cita-citanya. Ia menerbitkan majalah Het Tijdschrif, yang cukup tersiar
dan terbaca oleh kaum cendekiawan bangsa Indonesia. Soewardi yang pada waktu itu menjadi Ketua
SI cabang Bandung sangat tertarik pada kegiatan Douwes Dekker. Bersama pemimpin-pemimpin lain
yang berjiwa nasionalis dan revolusioner ia menjadi pembantu tetap majalah tersebut. Kemudian ia ikut
mengasuh Harian De Express, sedang dr. Cipto Mangunkusumo menjadi anggota sidang pengarang. 13
Soewardi, yang kemudian bergabung dalam kelompok Douwes Dekker, menambah kekuatan untuk
mencapai cita-cita. Douwes Dekker merasa mendapat keuntungan besar karena kawan-kawannya yang
baru tersebut berotak tajam, serta teguh pendirian dan keyakinan. Dalam gelanggang perjuangan tiga
pimpinan itu, yaitu Douwes Dekker, Soewardi Soerjaningrat, dan dr. Cipto mangunkusumo, bekerja
bahu-membahu. Mereka juga disebut janget kinatelon ‘tiga serangkai’. Sesudah aliran nasionalisme dan
revolusioner disiarkan melalui Het Tijdschrift dan De Expres serta dapat memasuki alam pikiran dan
perasaan bangsa Indonesia, maka pada tanggal 6 September 1912 didirikanlah Indiesche Partij (IP).
11 Ibid., hlm. 151.
12 Linda Sunarti, dkk., Tokoh Indonesia Teladan Buku Kesatu, Jakarta: Kementrian Dalam Negeri RI, 2017, 114.
13 Darsiti Soeratman, Op.Cit., hlm. 36-37.
20 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 21