Page 37 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 37
Rumah Ki Hadjar Atas
Dewantara di jalan Ki Hadjar
Tanjung (sekarang Dewantara dan
jalan Gajah Mada) keluarga bersama
yang bagian teman-teman
serambinya dijadikan dekatnya di negeri
sebagai ruang kelas. Belanda sebelum
Ki Hadjar Dewantara kembali ke Tanah
dan keluarganya Air pada tanggal 19
menempati dua September 1919
ruang tengah pada
rumah ini (Sumber: Biro
Umum, Sekretariat
(Sumber: Biro Jenderal,
Umum, Sekretariat Kementerian
Jenderal, Pendidikan dan
Kementerian Kebudayaan)
Pendidikan dan
Kebudayaan)
Tengah
Ki Hadjar Dewantara
(duduk bersila paling
kanan) berfoto
bersama kawan-
kawannya di Negeri
Belanda menjelang
kepulangan
Dokter Cipto
Mangunkusumo ke
Hindia Belanda.
(Sumber: Biro
untuk menunjang perjuangan menuju kemerdekaan. Soewardi dan istri mendapat kiriman f 150 per Umum, Sekretariat
bulan. Demikian pula Cipto Mangunkusumo dan istri. Adapun Douwes Dekker dan istri dengan dua Jenderal,
Kementerian
orang anakknya mendapat kiriman f 250 per bulan. Walaupun dengan keuangan sangat terbatas Pendidikan dan
24
Kebudayaan)
Soewardi selalu memegang teguh prinsip berdiri di atas kaki sendiri. Ia menolak bantuan yang sekiranya
akan mengikat agar tidak kehilangan kebebasan. Bawah
Keluarga Ki Hadjar
Di Negeri Belanda Soewardi bertemu dengan mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang sedang menuntut Dewantara sesaat
setelah tiba dari
ilmu di berbagai universitas di negeri tersebut, di antaranya Sartono, Soebardjo, Laoh, dan Samsi. pengasingan di
Soewardi sering mengadakan pertemuan dengan mereka untuk bertukar pikiran. Pertemuan biasanya negeri Belanda
dilangsungkan di tempat kediaman Soewardi sambil menikmati masakan Indonesia. Keluarga Soewardi (Sumber: Biro
Umum, Sekretariat
sering membeli hati ayam, ampela, iso, babad, dan sejenisnya karena harganya sangat murah. Orang Jenderal,
Kementerian
Belanda tidak mau makan jeroan ‘bagian dalam’ ayam dan bagian lain, seperti, sayap, leher, kepala, dan Pendidikan dan
kaki. Berhubung Soewardi sering membeli jeroan ayam dalam jumlah besar, suatu ketika bertanyalah Kebudayaan)
si penjual, “Berapakah anjing tuan di rumah?”. Perlu diketahui bahwa di Barat jeroan dan sejenisnya
menjadi makanan anjing. 25
Untuk mencukupi biaya hidup yang tinggi, Soewardi mengirim artikel atau karangan lain ke surat kabar
atau majalah di Negeri Belanda. Ia juga tetap membantu menulis untuk surat kabar Oetoesan Hindia
yang diasuh oleh Cokroaminoto. Sebagai imbalannya ia menerima uang f 50 setiap bulan. Dari sahabat-
sahabatnya orang Indonesia yang telah lebih lama tinggal di Negeri Belanda, Soewardi mendapat
bantuan barang dan bahan makanan. Mr. Gondowinoto, misalnya, memberi bantuan alat-alat rumah
tangga, beras, dan pakaian. Dari bekas gurunya di STOVIA, Dr. Koolemans Beymen, yang pada waktu
itu menjadi profesor di Universitas Den Haag, dan keluarganya ia menerima banyak bantuan untuk
keperluan kesehatan. Ia juga bersahabat dengan seorang bangsawan yang mengikuti zaman, seorang
26
putra raja yang mempunyai dasar demokratis dan banyak memikirkan kepentingan rakyat. Nama
bangsawan itu RMA Suryo Pranoto, putra Mangkunegaran. Betapa gembira Soewardi ketika mendengar
berita bahwa RMA Suryo Pranoto dinobatkan menjadi Mangkunegara VII pada tahun 1916. Besar
harapannya bahwa sahabatnya yang berpikiran modern itu—yang kemudian mempunyai kesempatan
untuk melaksanakan cita-citanya—dapat bekerja sesuai dengan gagasannya yang demokratis. Soewardi
menilai raja baru tersebut sebagai orang yang berpendirian kuat dan telah melalui beberapa percobaan
24 Ibid., hlm. 55.
25 Ibid., hlm. 57.
26 Ibid., hlm. 57-58.
24 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 25