Page 42 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 42

Atas                                                                                                                                                                                                                                  Suasana Konferensi
                          Ki Hadjar dan                                                                                                                                                                                                                         Taman Siswa yang
                          Nyi Hajar tiba di                                                                                                                                                                                                                     dihadiri oleh Ki
                          Stasiun Tanah Abang                                                                                                                                                                                                                   Hadjar Dewantara
                          untuk menghadiri                                                                                                                                                                                                                      dan Nyi Hajar
                          Konferensi Taman                                                                                                                                                                                                                      Dewantara
                          Siswa di Jakarta                                                                                                                                                                                                                      (Sumber: Biro
                          setelah sebelumnya                                                                                                                                                                                                                    Umum, Sekretariat
                          mengunjungi cabang-                                                                                                                                                                                                                   Jenderal,
                          cabang Taman Siswa                                                                                                                                                                                                                    Kementerian
                          di Lampung dan                                                                                                                                                                                                                        Pendidikan dan
                          Sekitarnya. Dari                                                                                                                                                                                                                      Kebudayaan)
                          kanan ke kiri Nyi
                          Hajar, Ki Hadjar,
                          Ki Ah Hamid, Ki
                          Mangunsarkoro
                          (Sumber: Biro
                          Umum, Sekretariat
                          Jenderal,
                          Kementerian
                          Pendidikan dan
                          Kebudayaan)

                          Tengah
                          Ki Hadjar Dewantara
                          menyampaikan
                          pidato berjudul
                          Pendidikan Anak
                          Perempuan dalam
                          acara Kongres                                                                                                                           delict pers atas pidato dan tulisannya yang pedas. Ia dikenai hukuman penjara di Semarang pada
                          Perserikatan
                          Perkumpulan Istri                                                                                                                       tanggal 5 Agustus1920. Pada bulan November 1920 untuk kedua kalinya ia terkena delik pers dan
                          Indonesia (PPII)                                                                                                                        dituduh menghina Sri Baginda Ratu Wilhelmina, Badan Pengadilan, Pangreh Praja, dan menghasut
                          di Surabaya pada
                                                                                                                                                                                                             35
                          tanggal 14 Februari                                                                                                                     untuk merobohkan Pemerintah Hindia Belanda.  Akibat kasus ini ia ditahan di Semarang selama tiga
                          1930                                                                                                                                    bulan sebelum akhirnya dipindahkan ke Pekalongan.
                          (Sumber: Biro
                          Umum, Sekretariat
                          Jenderal,
                          Kementerian                                                                                                                             TAMAN SISWA
                          Pendidikan dan
                          Kebudayaan)
                                                                                                                                                                  Pada akhirnya terjadi perubahan dalam diri Soewardi dalam memandang pergerakan. Ia yang semula
                          Bawah                                                                                                                                   berminat pada dunia politik berubah menjadi orang yang ingin mengabdikan diri pada pendidikan.
                          Gamelan Taman                                                                                                                           Pandangannya terhadap keadaan sosial di Hindia Belanda tidak berubah, akan tetapi ia berpendapat
                          Siswa Ki dan Nyi
                          Hajar Dewantara                                                                                                                         bahwa pemikiran tentang bangsa yang merdeka harus ditanamkan sejak dini ke masyarakat melalui
                          (Sumber: Biro                                                                                                                           pendidikan. Sejak tahun 1921 Soewardi mulai menitikberatkan perhatian pada dunia pendidikan.
                          Umum, Sekretariat                                                                                                                       Ia menjadi guru di Adhi Darmo, sekolah yang didirikan oleh kakaknya, Raden Mas Soerjopranoto.
                          Jenderal,
                          Kementerian
                          Pendidikan dan                                                                                                                          Pada tanggal 3 Juli 1922 ia mendirikan sekolah dengan nama Nationaal Onderwijs Instituut
                          Kebudayaan)
                                                                                                                                                                  Taman Siswa—lebih dikenal dengan nama Taman Siswa—bertempat di Jalan Tanjung,
                                                                                                                                                                  Pakualaman, Yogyakarta. Dalam hal ini ia mendapat bantuan beberapa anggota perkumpulan
                                                                                                                                                                  “sarasehan Selasa Kliwonan”, yang beranggotakan tokoh-tokoh politik, kebudayaan, dan
                                                                                                                                                                  kebatinan, antara lain RM Sutatmo Suryokusumo, Ki Sutopo Wonoboyo, Ki Pronowidigdo,
                                                                                                                                                                  Ki Prawirowiworo, RM Gondoatmojo, BRM Subono, RMH Suryo Putro (paman Soewardi), dan
                                                                                                                                                                                          36
                                                                                                                                                                  Ki Ageng Suryomataram.  Sistem pendidikan yang diterapkan di Taman Siswa disebut  among,
                                                                                                                                                                                                                                                           37
                                                                                                                                                                  yang dijiwai prinsip-prinsip ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
                                                                                                                                                                  Di samping itu pada tanggal 7 Juli 1924 ia juga mendirikan Mulo Kweekshool, setingkat SMP
                                                                                                                                                                                                                              38
                                                                                                                                                                  dengan pendidikan guru empat tahun sesudah pendidikan dasar.  Sekitar empat tahun kemudian,
                                                                                                                                                                  tepatnya tanggal 3 Februari 1928, Soewardi Soerjaningrat mengubah namanya menjadi
                                                                                                                                                                  Ki Hadjar Dewantara. Menurut Ki Utomo Darmadi, hadjar memilik arti ‘pendidik’, dewan memiliki
                                                                                                                                                                  arti ‘utusan’, dan tara memiliki arti ‘tak tertandingi’, sehingga dapat disimpulkan bahwa makna

                                                                                                                                                                  35    Ibid., hlm. 158.
                                                                                                                                                                  36    Ibid., hlm. 160.

                                                                                                                                                                  37    Ing  ngarsa sung  tulada  berarti ‘yang  didepan  harus  memberi teladan’;  ing  madia mangun karsa  berarti ‘yang  di tengah  kelompok
                                                                                                                                                                     membangun motivasi’; tut wuri handayani berarti ‘yang dibelakang memberi semangat’.
                                                                                                                                                                  38    Ibid., hlm. 161.




                             30   MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018                                                                                                             MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  31
   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47