Page 84 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 84
Waktu Ali masih Waktu Ali sekolah
berada di sekolah di HBS dan menjadi
rendah Belanda, di anggota Jong Java,
tahun 1911. Dari 1921. Dari kiri ke
kiri ke kanan: Ayah kanan, berdiri:
Ali, Usman adik Ali, Santoso Tohar,
dan Ali kakak Ali R. Tohar,
(Sumber: Istimewa) dan Ali. Duduk: Istri
R. Tohar dan ibu Ali
(Sumber: Istimewa)
pergaulan ia mulai mengenal pemuda-pemuda dari berbagai kepulauan lain di Indonesia, seperti Ambon,
Sumatera, dan Nusa Tenggara. Ia kemudian menjadi anggota perkumpulan Jong Java (1918-1922) serta
menjadi anggota perkumpulan Inlandse HBS Vereniging, yaitu perkumpulan para pelajar Indonesia di
HBS.
Minatnya terhadap kebudayaan Eropa Barat mulai tumbuh. Kewajiban mempelajari bahasa dan
kesusastraan Belanda, Jerman, Perancis, dan Inggris itulah yang menumbuhkan minatnya terhadap
sastrawan-sastrawan besar Barat, seperti Shakespeare, Bernard Shaw, La Martine, Balzac, Goethe,
Schiller, Heine, Mutatuli, Willem Kloos, dan Van Deysel. Ia juga mengembangkan minat olahraga
melalui perkumpulan olahraga Lucurgus di HBS.
Selain kebudayaan dan olahraga, Ali juga mengamati perkembangan politik yang terjadi. Pertemuan
dan diskusinya dengan Alimin, yang pada saat itu menjadi pemimpin pergerakan Sarekat Islam (SI),
merupakan salah satu hal yang meningkatkan minat Ali terhadap politik. Menjelang akhir tahun 1922
minatnya terhadap politik tertunda karena ia harus fokus pada sekolah untuk mempertahankan
beasiswanya di HBS. Akhirnya Ali lulus dengan nilai memuaskan, terutama di bidang sastra.
Lulus HBS merupakan babak baru kehidupan Ali: pertemuan dengan Titi Roelia yang kelak menjadi
istrinya dan keputusan mengenai kelanjutan sekolah. Kakak Ali, Sastrowidjono, mengusahakan Ali
melanjutkan studi ke Negeri Belanda dengan syarat Ali bersedia memilih Jurusan Orientalise Letteren
(Sastra dan Kebudayaan Timur). Ali menyetujui permintaan kakaknya walau dengan berat hati karena
lama sekolah di jurusan tersebut sembilan tahun. Pada tahun 1922 Ali pergi ke negeri Belanda untuk
melanjutkan pendidikan.
Sesampainya di Belanda, Ali mengurus dan mendaftrakan diri sebagai mahasiswa Fakultas Sastra dan
Filsafat Jurusan Sastra dan Kebudayaan Timur. Ternyata ijazah HBS belum memenuhi syarat untuk
masuk fakultas dan jurusan tersebut, karena Ali harus memiliki ijazah bahasa dan kesusastraan Latin
dan Yunani. Ali harus belajar lebih kurang dua tahun untuk mendapat ijazah tersebut. Setelah berbagai
pertimbangan dan atas saran teman-temannya, Ali membatalkan niat masuk Jurusan Sastra dan
Kebudayaan Timur dan memilih mendaftarkan diri ke Jurusan Hukum Hindia Belanda Fakultas Hukum
Universitas Leiden. Ilmu hukum tidak membutuhkan masa studi yang lama serta tidak ada syarat
memiliki ijazah bahasa Latin dan Yunani, sehingga memungkinkan Ali mempersingkat masa pendidikan.
Pendidikan hukum lebih kurang lima tahun lamanya dengan dua kali ujian, yaitu ujian kandidat yang
dapat ditempuh dalam waktu dua tahun dan ujian doktoral yang ditempuh dalam tiga tahun. Lulusan
72 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 73