Page 119 - Dr. Abdul Rasyid Ridho, M.A
P. 119
berubah,studi Al-Qur’an modern telah bergerak
menuju sebuah paradigma yang berdasarkan atas
penelitian ilmiah dan kajian kritis. 188 Islam adalah
Al-Qur’an dan hadits itu sendiri, meminjam sudut
pandang Hermeneutika Gadamerian, Islam adalah
sebuah ”teks” yang terbuka untuk direproduksi
sesuai horison pembaca 189 .
Pembacaan baru yang ditawarkan oleh
Syahru>r menurutnya merupakan pembacaan
alternatif dalam memahami Al-Qur’an supaya
lebih humanis, Syahru>r merasa kajian keislaman
saat ini vakum dan stagnan, terkekang oleh
literatur-literatur klasik yang telah dianggap final,
sehingga yang dibutuhkan bukan mengkritisi dan
membangun kembali turats yang baru tetapi
malah taklid dan hanya mewarisi turats yang
lama. 190
Adapun dalam membaca turats tersebut,
Syahrur berusaha mencari metode pembacaan
baru yang tidak terlalu mengedepankan tendensi
ideologis pribadi.Metode yang dipakai oleh
Muhammad Syahru>r adalah almanhaj at-tarikh al-
188 Moch. Nur Ichwan, Meretas Kesarjanaan al-Qur’an: Teori
Hermeneutika Nashr Hamid Abu Zayd , Jakarta: Teraju.
2003,hlm. 36.
189 Moh. Sofyan, Natal dan Pluralisme Agama, dalam
www.IslamLib.Com. Diakses 23 Juli 2015.
190 Zaimuddin, Hermeneutika Hadis Muhammad Syahru, hlm. 390-391.
>
105