Page 135 - Dr. Abdul Rasyid Ridho, M.A
P. 135
Sikap penolakan Ibnu Fari>s terhadap sinonimitas
bisa dikatakan persis seperti ulama’-ulama’ terdahulu.
Karena ia masih menyebutkan beberapa kata-kata sinonim
untuk menyebutkan kata bagus dengan lafaz} al-Jayyidu, di
samping itu dengan lafaz} al-jawa>nih, al-idla > dan al-hawa>ni >.
Kemudian ia juga mengatakan kataلعفا dan لعف memiliki
makna yang sama meskipun dengan wazan atau timbangan
fi’il yang berbeda. Di mana ulama yang mengingkari
adanya sinonimitas seperti Abu> Hila>l al-‘Askari> sangat
bertolak belakang dengan pendapat Ibnu Fari>s. al-‘Askari
mengatakan bahwa tidak boleh menjadikan kedua
wazansebelumnya yaitu لعفا dan لعف memiliki makna yang
sama, kecuali kedua kata itu bersumber dari bahasa yang
berbeda. Oleh sebab itu apabila berada dalam satu rumpun
bahasa yang sama, maka itu juga akan menjadikan
kemustahilan terjadi bagi sinonimitas. 210
Walaupun seperti itu, Ibnu Fari>s tetap bersikap
jujur dengan tegas mengakui bahwa tata bahasa Arab
memiliki keunggulan dibanding dengan tata bahasa
lainnya. Hal itu dibuktikan dengan pernyataan yang
berbunyi:
“Ada beberapa kata-kata di dalam bahasa Arab
yang sangat sulit untuk ditentukan bentuk dari isim
sifatnya, seperti lafaz} al-saif, al-asad, dan al-ramhu, dan
kata sinonim lainnya. Umumnya diketahui bahwa orang
210 Abu> Hila>l al-‘Askari, al-Furu>q al-Lughawiyyah Beirut: Da>r al-
,
Kutub al-‘Ilmiyyah, t.t, hlm. 12.
121