Page 131 - Dr. Abdul Rasyid Ridho, M.A
P. 131

mendalami  linguistik  selama  kurang  lebih  empat  puluh
            tahun pada gurunya yang sangat ia hormati dan ia kagumi,
            Abu ‘Ali al-farisi. 205 Begitu lamanya Ibnu Jinni menimba
            pengetahuan  bahasa  pada  Abu  ‘Ali,  sehingga  keduanya
            terjalin  hubungan  yang  sangat  erat  seperti  hubungan
            persahabatan.

                    Meskipun  Ibnu  Jinni  penganut  Mazhab  Bashrah
            dan berupaya mempertahankan pandangan-pandangannya,
            dia  tidak fanatik, bahkan ia  tak  segan mengambil teori-
            teori  dari  tokoh  Mazhab  Kufah,  seperti  al-Kisa’i  dan
            Sa’lab. Bahasa yang digunakan pun cukup santun, tidak
            melemparkan  kritik  pedas  layaknya  persaingan  mazhab
            nahwu.  Dia  menghargai  pendapat  yang  bersebrangan
            dengan  pendapatnya  atau  mazhabnya,  karena  baginya
            “…fa al-haqqu ahaqqu ‘an yutba’ ayna halla”    ‘kebenaran
            lebih berhak atau lebih layak untuk diikuti di manapun ia
            berada’.

                    Oleh  karena  itu,  untuk  membangun  teori
            linguistiknya,  Ibnu  Jinni  menggunakan  metode  ilmiah,
            menjadikan bahasa sebagai objek ilmiah, menggabungkan
            metode  deskriptif  dan  filsafati  (rasional)  sebagai  piranti
            analisisnya. Metode deskriptif ia gunakan dalam melihat
            realitas  dan  hakekat  bahasa.  Baginya,  bahasa  adalah






            205 Abdul Hali>m an-Najja>r, at-Tarikh al-Adabi al-‘Arabi>, juz II, Beirut:
                                      >
                  Da>r al-Ma’arif, t.t., hlm. 244.
                                       117
   126   127   128   129   130   131   132   133   134   135   136