Page 132 - Dr. Abdul Rasyid Ridho, M.A
P. 132
realitas sosial. Oleh karena itu, semua bahasa yang muncul
di tengah masyarakat adalah memiliki status yang sama.
Adapun metode filsafati ia gunakan untuk
menguraikan alasan-alasan, sebab-sebab (al-ta’lilat) yang
tersembunyi di balik gejala atau fenomena bahasa.
Meskipun demikian, hampir seluruh ta’lil yang dilakukan
oleh Ibnu Jinni adalah ta’lil sosial, artinya, semua alasan-
alasan yang ia kemukakan dikembalikan pada para penutur
bahasa itu sendiri. Penggabungan dua metode Ibnu Jinni
ini, dapat terbaca jelas dari uraian, analisis, juga berbagai
definisi yang ia rumuskan tentang “al-qaul, al-kalam, al-
lugah, al-nahw, al-I’rab, al-bina, asl al-lugah “ dan lain-
lain. 206 Di sampinng itu Linguistik Ibn Jinni didasarkan
atas teori-teori:
a) Adanya struktur bahasa atau kalimat, termasuk
suara sebagai sumber bahasa,
b) Bahasa tidak tercipta dalam satu waktu melainkan
berkembang secara evolutif,
c) Bahasa senantiasa mengikuti sistematika atau
aturan strukturnya, dan
d) Perpautan antara bahasa, suara, dengan kondisi
psikologis penggunanya.
Ibnu Jinni juga mempraktekkan teorinya yang ia
sebut al-isytiqa>q al-akbar, yaitu penyimpulan makna dari
206 Zamzam Afandi Abdilla, Ibnu Jinni Menembus Sekat Mazhab
Linguistik, dalam kitab Adabiyyat Vol.8, t.tp, t.p., 2009, hlm.
58.
118