Page 18 - Dr. Abdul Rasyid Ridho, M.A
P. 18
10
bacaan yang dibuat oleh manusia”. Sampai para
penyembah berhala pun merasa terharu melihat susunan
liriknya dan mereka merasa tidak mampu untuk
11
menciptakan yang serupa dengan Al-Qur’an.
Oleh sebab itu, kajian Al-Qur’an merupakan menu
utama para sarjana intelektual muslim dari klasik sampai
moderen, seperti Fazlur Rahman, Muhammad Syahru>r,
Muhammad Arkoun, Hassan Hanafi, Asghar Ali Engineer,
12
Nasr Hamid Abu Zaid dan para sarjana non muslim
seperti Richard Bell, Arthur Jeffrey, John Wansbrough,
13
Ignaz Goldziher, Andrew Rippin, itu dilakukan sejak Al-
Qur’an diturunkan telah banyak memberikan kontribusi
terhadap peradaban dan kebudayaan umat Islam yaitu
14
hampir 14 abad lebih.
Dari hal inilah muncul kegairahan (ghi>rah) di
kalangan generasi Islam yang akan mengkaji dan
menafsirkan Al-Qur’an dengan format dan pendekatan
yang agak berbeda yaitu dengan menggabungkan
pendekatan dan metodologi kaum orientalis dengan
10 ‘Aisyah ‘Abdurrahma>n Bint-Syat}I’, al-Ija>z al-Baya>ni li al-Qur’an;
Wa masa>ilu ibn al-Azraq juz 1, Mesir: Da>r al-Ma’a>rif, 1987,
,
hlm. 40.
11 M.M. al- A’z}ami, Sejarah, Teks al-Qur’an; Dari Wahyu Sampai
Kompilasi , cet. 1, Jakarta: Gema Insani, 2005, hlm. 4.
12 Abdul Mustaqi>m, Epistemologi Tafsir Kontemporer, hlm. 4.
13 Hasan Hanafi, Okssidentalisme; Sikap Kita Terhadap Tradisi Barat,
Cet. 1, Jakarta: Paramadina, 2000, hlm. 27.
14 Taufiq Adnan Kamal, Rekonsruksi Sejarah Al-Qur’an , Yogyakarta:
Forum Kajian Budaya dan Agama (FKBA), 2001, hlm. 2.
4