Page 19 - Dr. Abdul Rasyid Ridho, M.A
P. 19
15
metodologi kaum muslimin sendiri. Di antara salah satu
pengkajian Al-Qur’an yang bertumpu pada analisis
linguistik yang merupakan warisan atau tradisi ulama-
ulama terdahulu, seperti karya Abu Muslim al-
Asfaha>ni>“Mufarada>t li Gharibi al-Qur’an” yang menjadi
16
standar rujukan analisis leksikal al-Qur’an.
Kemudian analisis linguitik ini terus mangalami
akselerasi pertumbuhan yang sangat pesat sejak pasca 1
Hijriyah, dibuktikan dengan beberapa karya tafsir yang
dapat dipublikasikan seperti, Abu ‘Ubaidah yang
menekakankan pada maja>z Al-Qur’an, Ibnu Qayyim al-
17
Jauziyah pada Aqsa>mu al-Qur’an dan al-Zamakhsyari
pada Bala>ghah di dalam Tafsirnya al-Kasysyaf dan buku al
fa>iq fi> Ghari>b al- Hadi>ts yang dianggap memiliki lafaz- }
18
lafaz} yang dianggap Ghari>b atau asing.
Walaupun begitu banyak para ulama yang
memberikan kontribusi yang besar terhadap analisis
linguistik filologis dalam merespon Al-Qur’an, akan tetapi
tidak menutup kemungkinan penafsiran bisa diprediksikan
akan mengalami “pengeringan makna Al-Qur’an” yang
15 M. Arkoun, Berbagai Pembacaan Al-Qur’an , Terj. Machasin, Jakarta:
INIS, 1997, hlm. 37.
16 Aan Radiana dan Abdul Munir, Analisi Linguistik dalam Penafsiran
Al-Qur’an , Studi-studi Islam al-Hikmah, 1996, hlm. 13.
17 J.J.G. Jansen, Diskursus Tafsir Al-Qur’an Modern , terj. Harussalim
dan Hidayatullah, Cet. 1, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1997,
hlm. 90.
18 Moh. Matsna HS., Orientasi Semantik al-Zamaksyari: Kajian Makna
Ayat-ayat Ahkam, Jakarta: Anglo Media, 2006, hlm. 17.
5