Page 5 - Flip Aplikom Wardah
P. 5
dermatitis, reaksi alergi, asma, hepatitis, sistem lupus erythematosus, inflammatory bowel
disease, serta sarcoidosis.
Glikokortikoid mempunyai efek merangsang glikogenolisis dan glikoneogenolisis, gula
darah meningkat dan pembentukan glikogen di dalam hati dan jaringan menurun, kadar
kostikosteroid meningkat, dan menyebabkan gangguan distribusi lemak. Efek glukokortikoid
yang lain yaitu meningkatkan resistensi terhadap stress sehingga glukosa darah meningkat dan
membuat energi untuk melawan stress meningkat. Glukokortikoid dapat dapat merubah kadar
sel darah merah, menyebabkan komponen sel darah putih menurun serta hemoglobin dan sel
darah merah meninkat. Glukokortikoid jika diberikan dalam jangka lama dapat menghambat
proses pertumbuhan, jika diberikan dengan dosis tinggi menyebabkan kehilangan massa tulang
yang berat dan gangguan pada otot.
Mineralokortikoid berfungsi mengatur kadar elektrolit dan air dengan cara menangan
garam di ginjal. Efek dari mineralokortikoid yaitu peningkatan aldosteron, menurunnya
kalsium darah, serta retensi natrium dan air. Efek samping mineralokortikoid menyebabkan
hipertensi, hipokalemia, dan hipernatremia. Kegunaan mineralokortikoid yaitu menahan garam
dan disintesis dalam sel-sel zona glumerulosa yang mengatur keseimbangan elektrolit.
Macam-macam sediaan obat kortikostiroid antara lain: obat glukokortikoid terdiri dari
obat dengan efek atau khasiat yang timbul singkat hingga sedang, intermedia, dan timbul lama;
obat mineralokortikoid yaitu fludrocortisone dan desoxycorticosterone acecate. Efek samping
kortikosteorid terjadi di saluran cerna, otot, susuna saraf pusat, tulang, kulit, mata, darah,
pembuluh darah, kelenjar adrenalin bagian atas, metabolism protein karbohidrat dan lemak,
elektrolit, dan sistem imunitas.
Obat-Obatan pada Susunan Syaraf Pusat (Analgetika dan Anestetika)
Susunan saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang (spinal cord)
sedangkan susunan saraf perifer terdiri dari syaraf otak dan tulang belakang serta syaraf
otonom. Obat-obat yang bekerja pada sistem syaraf pusat dapat merangsang secara langsung
dan tidak langsung aktivitas otak dan sumsum tulang belakang beserta sifatnya serta
menghambat secara langsung maupun tidak langsung proses tertentu pada aktivitas otak,
sumsum tulang belakang dan syaraf-syarafnya.
Analgetika adalah obat yang dapat megurangi atau menghilangkan rasa nteri tanpa
menghilangkan kesadaran. Hampir semua jenis analgetika memiliki efek antipiretik dan efek
antiinflamasi. Analfetik anti inflamasi bekerja berdasarkan penghambatan sintesis
prostaglandin. Nyeri dibagi menjadi 3 yaitu nyeri ringan yang dapat diatasi dengan asetosal,
paracetamol bahkan placebo, nyeri sedang yang dapat diatasi dengan analgetic perifer kuat, dan
nyeri berat dapat diatasi dengan analgetic sentral atau alagetik narkotik.
Analgesik dibagi menjadi dua golongan yaitu analgetik narkotik dan analgetik non
opioid. Analgetik narkotik bekerja di sistem syaraf pusat dan memiliki daya penghalang nyeri
yang kuat serta mempunyai efek samping menimbulkan rasa nyaman. Obat golongan ini hanya
diperbolehkan untuk penggunaan insidentil pada trauma hebat. Penggolongan analgesik
narkotik terdiri dari empat yaitu alkaloid alam (morfin, codein), derivate semi sintesis (heroin),
derivate sintetik (metadon, fentanil), dan antagonis morfin (nalorfin, nalokson, pentazocine).