Page 115 - ANAK KOS DODOL
P. 115
''iya, sing.. Baju-baju itu kan diberikan pemiliknya dengan niat nyumbang melalui kita.'' kata
kristin. ''dan kita bukannya memberikan pada yang berhak, tapi malah menilepnya! Berarti kita
berdosa dung!''
Waduh... Kejadiannya kok jadi kayak sinetron religi super seram di TV yak? Kami jadi
merinding. Astaghfirullah. Untung saja ada kejadian-kejadian ajaib ini, kalau nggak? Kami
santai saja mengambil hak orang.
Cepat-cepat aku masuk kamar dan keluar dengan rok di tangan. ''ini aku balikin ya, masukkan ke
daftar jualan kita!'' kataku mantap binti ikhlas. Serempak yang lain masuk kamar dan melakukan
hal sama. Mengembalikan barang ''jarahan'' kami hehehe.
Hari H pun tiba, bazaar dibuka. Suasana meriah sekali. Halam rumah pak kadus disulap menjadi
lapak baju ala kaki lima. Baju ditumpuk sesuai harga dan jenis. Pnduduk antri dengan antusias.
Ucup dan aku jadi kasir. Teman yang lain menjadi pelayan toko yang super heboh. Warga dusun
memilih dengan seru. Tiap orang dijatah maksimal dua baju agar semua kebagian. Jumbo teriak-
teriak ala tukang obat dengan pengeras suara untuk menyemangati pengunjung yang berjubel.
Lagu diputar keras-keras dari radio tape.
''suasana seperti hari pasaran di kota kecamatan''. Komentar pardi salah seorang penduduk.
''seru mbak, mas.. Coba sering-sering diadakan'' ini komentar bu kadus sumringah dibalas
dengan anggukan setuju penduduk dusun. Semua berwajah cerah. Seluruh anggota kelompok
berpandangan dengan hati hepi.
''apa aku alih profesi saja ya?'' canda ucup, bujang cupu pelawak di kelompokku. ''ho-oh, aku
pensiun wae jadi vokalis trus dagang baju keliling magelang.'' balas jumbo yang anak band.
Semua tertawa. Menjelang sore, semua terjual ludes. Termasuk baju-baju yang kami kembalikan.
Alhamdulillah, puas dan bahagia rasanya.