Page 80 - hujan
P. 80
***
Sejak pertemuan itu, Lail dan Esok punya jadwal tetap.
Esok hanya punya waktu bebas satu hari setiap bulan. Maka saat itulah Lail
bisa menghabiskan waktu bersamanya. Tidak sesering yang diharapkan Lail,
apalagi jika dibandingkan saat di tenda pengungsian dulu, tapi itu lebih dari
memadai. Lail paham, orangtua angkat Esok sangat mengharapkan Esok di-
terima di universitas terbaik. Esok harus belajar keras.
Sekolah Lail juga semakin sibuk, belum lagi aktivitas di panti. Itu cukup
membuatnya bersabar melewati waktu tiga puluh hari untuk kemudian bertemu
Esok selama enam jam.
Waktu melesat tanpa terasa, dua tahun sejak bencana gunung meletus,
kemajuan teknologi yang terhenti menggeliat kembali.
Di jalanan kota sebagian besar orang telah mengenakan chip ber bentuk layar
kecil di lengan—seperti prototipe yang dulu di miliki ibu Lail. Layar kecil itu
multifungsi, mulai dari alat pem bayaran, pengganti tiket bus, trem, belanja di
toko, hingga sistem presensi kantor. Cukup melewati sensor, semua data ter-
catat. Peranti itu juga sekaligus sebagai alat komunikasi, me laku kan sambungan
telepon konvensional, konferensi video, dan ke perluan lain, termasuk Jtur
generasi terbarunya, mengirim pesan hanya lewat memikirkan kalimatnya, layar
di lengan akan me nuliskannya.
Tahun 2044, konstruksi sipil juga mengalami revolusi besar. Teknologi cetak
tiga dimensi membuat proses membangun ru mah, gedung, cukup dilakukan
komputer, kemudian mesin akan mulai mencetak rumah dengan tingkat presisi
tinggi. Apalagi barang kecil seperti lemari, itu mudah sepanjang ada desainnya
dan mesin cetak tiga dimensi, membuat lemari seperti mencetak selembar
dokumen. Riset tentang material, polimer, bahan sin tetis, melengkapi kemajuan
cetak tiga dimensi, membuat material cartridge tersedia dengan kualitas baik dan
nyaris seperti asli nya.
Juga kemajuan medis, belajar dari bencana gunung meletus, dokter dan
insinyur menciptakan berbagai peralatan canggih untuk melakukan tindakan