Page 25 - Modul Pembelajaran Sejarah - Perlawanan Rakyat Daerah terhadap Penjajahan Bangsa Eropa
P. 25

Selama  perang  gerilya  tersebut,  pasukan  Aceh  yang  dipimpin  oleh

                           Teuku  Umar,  bersama  dengan  Panglima  Polim  dan  Sultan.  Pada  1899,
                           terjadi  serangan  mendadak  oleh  Van  der  Dussen  di  Meulaboh  yang

                           mengakibatkan  gugurnya  Teuku  Umar.  Namun,  Cut  Nyak  Dhien,  istri
                           Teuku  Umar,  kemudian  mengambil  peran  sebagai  komandan  perang

                           gerilya.  Perang  ini  berakhir  dengan  Perjanjian  Boven-Digoel  pada  1896

                           yang memberikan pengakuan terbatas terhadap kedaulatan Sultan Aceh.

                           Periode Keempat (1896-1910)


                              Perang Aceh periode keempat pada 1896 hingga 1910 menggunakan
                           strategi sporadis tanpa adanya komando dari pemerintah Aceh. Sebagian

                           besar perang dilakukan dalam bentuk gerilya yang melibatkan kelompok

                           dan individu yang melakukan perlawanan, serangan, pengadangan, dan
                           pembunuhan tanpa ada komando sentral dari pemerintahan Kesultanan.


                           Akhir Perang Aceh

                              Demi  mencapai  kemenangan  dalam  Perang  Aceh,  Belanda

                           menerapkan  strategi  yang  licik  dengan  mengirim  Snouck  Hurgronje  ke
                           pedalaman  Aceh  untuk  mengungkap  titik  lemahnya  pasukan  Aceh.

                           Hasilnya,  Dr.  Snouck  Hurgronje  menyarankan  kepada  Gubernur  Militer

                           Belanda Joannes Benedictus van Heutsz agar mengesampingkan terlebih
                           dahulu golongan Keumala (Sultan yang berkedudukan di Keumala) beserta

                           pengikutnya, serta terus menyerang dan fokus pada kaum ulama. Dia juga
                           menyarankan untuk tidak melakukan negosiasi dengan pemimpin gerilya

                           dan mendirikan pangkalan permanen di Aceh Raya.


                              Selain itu, Snouck Hurgronje mengusulkan agar Belanda menunjukkan
                           niat  baik  kepada  rakyat  Aceh  dengan  mendirikan  langgar,  masjid,

                           memperbaiki  infrastruktur  seperti  jalan  dan  irigasi,  serta  memberikan
                           bantuan  dalam  pekerjaan  sosial  rakyat  Aceh.  Strategi  dari  Dr.  Snouck

                           Hurgronje ini diterima oleh Van Heutz, yang kemudian menjabat sebagai
                           Gubernur Militer dan Sipil di Aceh pada periode 1898-1904. Dr. Snouck

                           Hurgronje kemudian diangkat sebagai penasihatnya dalam melaksanakan

                           strategi tersebut. Dengan menggunakan strategi tersebut, Belanda berhasil
   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30