Page 20 - Modul Pembelajaran Sejarah - Perlawanan Rakyat Daerah terhadap Penjajahan Bangsa Eropa
P. 20
Perlu dipahami sekalipun masyarakat Minangkabau sudah memeluk
agama Islam, tetapi sebagian masyarakat masih memegang teguh adat dan
kebiasaan yang kadang-kadang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Tokoh-
tokoh pendukung kaum Paderi adalah Tuanku Nan Renceh, Tuanku Kota
Tua, Tuanku Mensiangan, Tuanku Pasaman, Tuanku Tambusi, dan Tuanku
Imam.
Mengenai sebutan Padri ini sesuai dengan sebutan orang Padir di Aceh.
Padir itu tempat persinggahan para jamaah haji. Orang Belanda
menyebutnya dengan Padri yang dapat dikaitkan dengan kata padre dari
bahasa Portugis untuk menunjuk orang-orang Islam yang berpakaian putih.
Sementara kaum Adat di Sumatera Barat memakai pakaian hitam.
Dalam melaksanakan pemurnian praktik ajaran Islam, kaum Padri
menentang praktik berbagai adat dan kebiasaan kaum Adat yang memang
dilarang dalam ajaran Islam seperti berjudi, menyabung ayam, dan minum-
minuman keras. Kaum Adat yang mendapat dukungan dari beberapa
pejabat penting kerajaan menolak gerakan kaum Padri. Terjadilah
pertentangan antara kedua belah pihak. Timbullah bentrokan antara
keduanya.
Pada tahun 1821 pemerintah Hindia Belanda mengangkat James Du
Puy sebagai residen di Minangkabau. Pada tanggal 10 Februari 1821, Du
Puy mengadakan perjanjian persahabatan dengan tokoh Adat, Tuanku
Suruaso dan 14 Penghulu Minangkabau. Berdasarkan perjanjian ini maka
beberapa daerah kemudian diduduki oleh Belanda. Pada tanggal 18
Februari 1821, Belanda yang telah diberi kemudahan oleh kaum Adat
berhasil menduduki Simawang. Di daerah ini telah ditempatkan dua meriam
dan 100 orang serdadu Belanda. Tindakan Belanda ini ditentang keras oleh
kaum Padri pada tahun 1821 itu meletuslah Perang Padri. Jalannya Perang
Paderi dapat dibagi menjadi 3 tahapan yaitu:
Tahap I (1803)
Ciri perang tahap pertama ini adalah murni perang saudara dan belum
ada campur tangan pihak luar, dalam hal ini Belanda. Perang ini mengalami
perkembangan baru saat kaum Adat meminta bantuan kepada Belanda.
Sejak itu dimulailah Perang Paderi melawan Belanda.
Tahap II (1822)