Page 18 - Modul Pembelajaran Sejarah - Perlawanan Rakyat Daerah terhadap Penjajahan Bangsa Eropa
P. 18
pajak. Penderitaan rakyat ini semakin bertambah setelah terjadi wabah
kolera di berbagai daerah.
Sementara itu dalam kehidupan sosial kemasyarakatan terdapat jurang
pemisah antara rakyat dengan punggawa kerajaan dan perbedaan status
sosial antara rakyat pribumi dengan kaum kolonial. Adanya jurang pemisah
antara si kaya dan si miskin, antara rakyat dan kaum kolonial, sering
menimbulkan kelompok-kelompok yang tidak puas sehingga sering
menimbulkan kekacauan.
Dalam suasana penderitaan rakyat dan kekacauan itu tampil seorang
bangsawan, putera Sultan Hamengkubuwana III yang bernama Raden Mas
Ontowiryo atau lebih terkenal dengan nama Pangeran Diponegoro.
Pangeran Diponegoro merasa tidak puas dengan melihat penderitaan
rakyat dan kekejaman serta kelicikan Belanda. Pangeran Diponegoro
merasa sedih menyaksikan masuknya budaya Barat yang tidak sesuai
dengan budaya Timur. Oleh karena itu, Pangeran Diponegoro berusaha
menentang dominasi Belanda yang kejam dan tidak mengenal
perikemanusiaan. Pada tanggal 20 Juli 1825 meletuslah Perang
Diponegoro. Meletusnya perang ini didasarkan pada visi dan cita-cita
Pangeran Diponegoro yakni untuk membentuk Kesultanan Yogyakarta
yang memuliakan agama yang berada dalam wadah negara Islam. Oleh
karena itu, Pangeran Diponegoro disebut telah melakukan “hijrah
kultural”.(Saleh As’ad Djamhari, “ Pangeran Diponegoro dan Perang Jawa
(1825-1830)” dalam buku Indonesia dalam Arus Sejarah, 2012).
Hal yang menjadi sebab khusus perlawanan Pangeran Diponegoro
adalah adanya rencana pembuatan jalan yang melalui makam leluhur
Pangeran Diponegoro di Tegalrejo. Belanda membangun jalan baru pada
bulan Mei 1825. Mereka memasang patok-patok pada tanah leluhur
Diponegoro. Pengikut Diponegoro Patih Danureja IV mencabuti patok-patok
tersebut. Perang tidak dapat dihindarkan, pada tanggal 20 Juli Tegalrejo
sebagai basis pengikut Diponegoro direbut dan dibakar Belanda. Dalam
perang tersebut, Pangeran Diponegoro mendapatkan dukungan dari rakyat
Tegalrejo, dan dibantu Kyai Mojo, Pangeran Mangkubumi, Sentot
Alibasyah Prawirodirjo, dan Pangeran Dipokusumo.