Page 36 - Novel non fiksi-BERHENTI MENJADI HAKIM LAYAR-
P. 36

media sosial, pedang itu dilontarkan dari ribuan

               arah sekaligus.
               Bayangkan: satu komentar pedas mungkin bisa

               diabaikan. Tapi ratusan komentar yang serupa,

               datang bertubi-tubi, apakah bisa ditahan?

               Seperti dihujani panah, korban hanya bisa

               berlindung seadanya, sementara luka semakin
               dalam.

               Pisau paling tajam tidak selalu ada di dapur

               atau di jalanan. Ia ada di jari kita, saat menekan

               huruf demi huruf di layar.



               Kata-Kata yang Menjadi Mantra
               Ada kalimat-kalimat yang bisa menjadi doa

               buruk, mantra yang menghantui.

               “Dasar gagal!” “Kamu sampah masyarakat!”

               “Lebih baik mati saja!”

               Kalimat seperti ini, bila terus diulang-ulang oleh
               banyak orang, bisa meresap ke dalam pikiran

               korban. Lama-lama, korban mulai percaya


                                   Berhenti Menjadi Hakim Layar| 36
   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41