Page 9 - Motherless World
P. 9
Lleona: (snapping, voice firm)
“You know what happens if people start having kids again, right? Overpopulation. Resources running
out. The whole system falls apart. You think the government is doing this for no reason?”
Lleona: (menegur, suaranya tegas)
“Kau tahu apa yang terjadi jika orang-orang mulai punya anak lagi, kan? Populasi berlebih. Sumber daya
menipis. Seluruh sistem hancur. Kau pikir pemerintah melakukan ini tanpa alasan?”
Javi clenches his fist, his thoughts racing. His mind keeps drifting back to the pregnant woman from
earlier that day, her pleading eyes, her hands clutching her belly in a final, desperate act of protection.
Javi mengepalkan tangannya, pikirannya berkecamuk. Pikirannya terus melayang kembali ke wanita hamil tadi,
matanya memohon, tangannya mencengkeram perutnya dalam tindakan perlindungan terakhir yang putus asa.
Javi: (leaning forward, almost whispering)
“I used to believe in this system, Lleona. But something’s off. We can’t keep doing this. People are
starting to lose themselves, becoming... empty.”
Javi: (mencondongkan tubuh ke depan, hampir berbisik)
“Dulu aku percaya pada sistem ini, Lleona. Tapi ada yang salah. Kita tidak bisa terus melakukan ini. Orang-
orang mulai kehilangan jati diri, menjadi... hampa.”
Lleona: (glaring at him)
“You’re getting too sentimental, Javi. That’s dangerous. You need to toughen up, or you’ll end up on
the wrong side of the gun.”
Lleona: (melotot ke arahnya)
“Kau terlalu sentimental, Javi. Itu berbahaya. Kau harus lebih kuat, atau kau akan berakhir di pihak yang
salah.”
The bar falls silent for a moment as the tension between them builds. The bartender watches from the
corner, not daring to interrupt. Javi takes a deep breath, trying to calm the storm inside him.
Suasana bar menjadi hening sejenak saat ketegangan di antara mereka meningkat. Bartender mengawasi dari
sudut, tidak berani menyela. Javi menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan badai di dalam dirinya.
Javi: (quietly)
“Maybe... maybe the wrong side is where I’m supposed to be.”
Javi: (dengan pelan)
“Mungkin... mungkin sisi yang salah adalah tempatku seharusnya berada.”
9 | P a g e