Page 4 - My FlipBook
P. 4
Rumah panggung sederhana itu menjadi saksi bisu tumpahnya air mata dari sederetan
harapan dan asa yang kami renda. Suatu malam, saat anak-anak sudah terlelap, kusampaikan
pada planterku ‘aku pingin ngajar’. Planterku hanya menjawab ‘ajarilah anak-anak kita dengan
baik’, ‘iya’ jawabku singkat. Padahal planterku tahu apa yang kumaksud. Aku ingin ngajar di
sekolah, seperti dulu, sebelum aku mengikutinya masuk kebun. Tapi, inilah rasa pahit yang
harus kutelan. Aku tidak menolak takdirku, aku hanya ingin mengekspresikan panggilan
jiwaku. Tapi apa daya, tak mungkin kutinggalkan planterku tanpa aku di sisinya demi mengejar
apa yang aku mau. Tak mungkin. Aku tidak seperti itu.
Hari itu sore hari, planterku baru menaiki anak tangga rumah sepulang kerja, tetangga
sebelah rumah kami, KTU (Kepala Tata Usaha) yang baru saja pulang dari kota menyapa dan
menyampaikan bahwa ada pembukaan pendaftaran CPNS di Kabupaten Labuhan Batu.
Disodorkannya koran itu dan diserahkannya padaku. Yaa Allah, pendaftaran tinggal besok hari
terakhir.
Malam itu, planterku hanya mengatakan’ kalau kamu mau mencoba mendaftar, silahkan,
tidak apa-apa. Tapi jangan terlalu berharap akan diterima, di sini kita tidak punya saudara. Kita
juga tidak punya orang yang kita kenal untuk bisa membantu. Terlebih, SUMUT terkenal
dengan ‘Semua Urusan Memakai Uangn Tunai’. Yah, aku paham maksud semua itu, bisikku
lirih. Antara berharap dan tidak untuk menjadi PNS, aku akan tetap mencoba.
Di sepertiga malam, saat anak masih terlelap, kami tegakkan malam dengan sholat
bersama, bersimpuh dan berharap Allah SWT mengabulkan doa dan harapan hambaNya.
Pagi hari, sengaja planterku ijin tidak masuk kerja demi mengantar aku ke kota,
tujuannya adalah Kantor BKD Labuhan Batu, Rantau Prapat. Setelah melengkapi berkas dan
surat lamaran sudah diterima, nomor test berikut tempat test diserahkan panitia.
Tak lama kami di kota, setelah selesai, segera kami pulang karena anak kami yang kecil
kami titipkan pada tetangga. Sengaja kami tidak bawa, kami khawatir dia akan kecapekan
karena kami pulang hari dan tidak menginap di kota karena hari itu hari efektif kerja dan
esoknya juga bukan hari libur.
Waktu test penerimaan CPNS tiba. Sepulang kerja, planterku sudah bersiap untuk
mengantar kami ke kota. Kami akan menginap di tempat teman yang tinggal di kota agar
esoknya aku bisa nitip dua buah hatiku di rumahnya sementara planterku mengantarku ke
tempat test. Dag dig dug… bukan masalah mau ngerjain test tapi lebih pada mikirin anak-anak.
Kira-kira mereka kelahi, menangis atau tidak. Duuh…. Nano-nano rasanya. Kata yang punya
rumah/ temenku, ‘tenang saja mbak, in syaa Allah, anak-anak akan baik-baik saja.’ ‘Aku nitip
anak-anak ya mbak.’ Kataku sebelum berlalu pergi.