Page 9 - My FlipBook
P. 9

Menempati tempat  baru tentu  memiliki suasana,  lingkungan,  dan juga masalah yang
               berbeda. Secara geografis, wilayah kebun berbatasan dengan banyak desa di sekitarnya. Hal
               ini  memicu  masalah  yang  tidak  sama  dengan  kebun  KNU  sebelumnya.  Konflik  dengan
               masyarakat hampir menjadi menu harian yang harus planterku hadapi. Variasi konflik inilah
               yang semakin mendewasakan planterku berkecimpung di dunia kebun.

                     Masalah yang sering terjadi adalah kasus pencurian buah kelapa sawit yang terjadi di
               kebun ini. Pelakunya biasanya orang yang berasal dari warga seputaran kebun. Hal ini cukup
               memusingkan planterku. Sehingga di awal kerjanya, planterku membuat sayembara. Sebuah
               trik baru yang dicoba untuk mengatasi masalah ini.

                     ‘Barang siapa yang mampu menangkap pencuri buah kelapa sawit, maka baginya hadiah
               uang tunai Rp. 500.000,-.’
                     Uang  itu  bukan  dana  perusahaan  yang  dibagikan,  tapi  dana  dari  kantong  sendiri.
               Akhirnya,  dalam  sebulan,  ada  beberapa  pencuri  ditangkap  dan  diserahkan  ke  pihak  yang
               berwenang  untuk  diproses  secara  hukum.  Kasus  pencurian  yang  meresahkan  di  kebun  ini
               akhirnya selesai. Setelah bulan ketiga, sayembara pun dinyatakan ditutup dan kasus pencurian
               buah pun tidak terjadi lagi.

                     Disamping  itu,  planterku  mencoba  pendekatan  dengan  tokoh  masyarakat  sekitar.
               Menjadikan tokoh tersebut sebagai pagar hidup amannya perusahaan. Di samping meredam
               masalah  pencurian  buah  yang  dulu  marak  terjadi,  pendekatan  ke  masyarakat  ini  mampu
               mengatasi  benturan/  konflik  dengan  masyarakat,  seperti  masalah  jalan  perlintasan,  tenaga
               kerja, dan lain-lain.

                     Sengaja kami bersilaturahmi ke orang-orang yang dianggap tetua di wilayahnya. Bahkan
               karena hubungan yang baik tersebut, kami pun dijadikannya anak angkat. Sebuah rejeki yang
               kami dapat di tanah perantauan. Dan hubungan itu tetap terjalin hingga sekarang.

                     Namun, pernah suatu malam saat menyusuri jalan menuju kebun sepulang silaturahim
               dari tokoh masyarakat, kami dikejar sebuah sepeda motor. Sepertinya dia sudah menunggu dan
               menandai mobil kami. Saat itu, mobil melaju dengan kecepatan sedang di atas jalan berbatu
               dan bergelombang. Tiba-tiba sebuah sepeda motor ‘RX King’ meraung-raung dari belakang
               dan langsung menghadang tepat di depan kami. Seettt. Mobil berhenti mendadak. Aku kaget
               dan panik, kupegangi dua buah hatiku dengan erat. Yaa Allah… Untung saja, dua buah hatiku
               tidak terjatuh.

                     ‘Ada apa?’ tanyaku heran.

                     ‘Jangan buka kaca dan tetap tenang,’ kata suamiku menenangkan.

                     Tapi bagaimana bisa tenang ya, pikirku ada begal nih… Apalagi dia bawa clurit. Takut
               dia pecahkan kaca mobil  dan menghabisi kami. Tanpa berkata apa-apa, tiba-tiba planterku
               mundurkan  mobil  dengan  cepat,  dibelokkannya  setir  ke  kanan,  oper  prosneling  dan….
               wuzzzzz, mobil melaju sekencang-kencangnya. Sementara, pengendara motor itu memandangi
               kami yang lewat di samping motornya.

                     Kulihat dia menyalakan mesin motor dan melaju dengan kencang. Karena ada rentang
               waktu saat mengoperasikan motor, ada jarak yang cukup jauh hingga kami akhirnya sudah
               mendekati pintu portal pembatas kebun di mana ada petugas patroli di sana. Dari  pesawat HT
   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14