Page 6 - My FlipBook
P. 6

Hari yang ditunggu telah tiba, hari pengumuman CPNS-ku. Aku mencoba melupakan

               karena aku takut untuk berharap. ‘Jauh panggang dari api.’ Namun tidak dengan planterku, dia
               menghubungi teman yang ada di kota untuk ke kantor BKD tempat pengumuan lolos tidaknya

               seleksi CPNS kemarin. Waktu itu belum secanggih sekarang, semua serba masih manual. HP
               tidak bisa buat kirim gambar, hanya ada SMS dan telpon saja.

                     Setelah sore, barulah dapat kabar dari kota, ada nama yang mirip namaku, tapi dia tidak

               yakin  itu  aku  atau  bukan.  Teman  tidak  tahu  nama  lengkapku.  Jadilah  dia  menyampaikan
               demikian. Dan lebih tidak yakin lagi, nama itu ada di urutan kedua dari 45 nama yang diterima.

               Selebihnya tak ada nama yang serupa. Waktu itu, Labuhan Batu menerima CPNS dengan cara
               perengkingan dan mengambil nilai yang terbaik menyesuaikan kuota yang dibutuhkan. Ah,

               bikin penasaran saja. Pikirku.

                     Demi  mengobati  rasa  penasaran,  planterku  pergi  ke  kota  pagi-pagi  sekali.  Dia  pergi
               sendiri. Aku di rumah bersama anak-anak menunggu dengan galau. Diterima atau tidak ya?

               Ah, lupakan saja….
                     Dan tengah hari, planterku sudah sampai di rumah. Berarti dia tidak ke mana-mana.

               Hanya  ke  BKD  dan  langsung  pulang  kebun.  Subhaanallah…  berita apakah  yang  didapat?
               Pikirku sembari melihatnya memasuki halaman rumah. Setelah motor terparkir rapi, kusambut

               dan kucium punggung tangannya di depan pintu. Sambil tersenyum, dikecupnya keningku dan

               berucap “Selamat, kamu lulus”
                     Seakan tak percaya, ditunjukkannya foto pengumuman yang diambilnya dari BKD tadi,

               ada namaku di sana. Memang benar, aku lulus dan menduduki 2 besar tertinggi. Maasyaa
               Allah….  Allahu  Akbar…  Kabar  itu  benar  adanya.  Nikmat  yang  luar  biasa.  Seakan  langit

               terbuka dan demikian cerahnya. Kupeluk planterku sembari menangis, dan ternyata planterku

               juga menangis. Yah, kami berdua menangis. Kami menangis bahagia. Terima kasih, planterku.
               Alhamdulillah, ijazahku ternyata masih bernilai. Terima kasih, Bapak Ibu, akhirnya aku akan

               memiliki NIP seperti kalian.
                     Ini edisi khusus BAPER.



                                             BIDADARI SANG PLANTER


                     Menyusuri jalan kebun dari KNU ke kota Rantauprapat dengan sepeda motor memakan

               waktu  tempuh  3  jam  an.  Sebuah  rutinitas  bulanan  yang  kami  lakukan  untuk  memenuhi
               kebutuhan  keluarga  terutama  untuk  2  baby  kami  yang  membutuhkan  susu  dan  pampers.
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11