Page 72 - SEJARAH KEBANGKITAN NASIONAL DAERAH SULAWESI UTARA
P. 72
•,
dengan .Kontrolur yang pertama yaitu Anthon Cornelis Veenhuy-
zen. Raja Bolaang Mongondow Riedel Manuel Manoppo (1893-
1902) tidak sudi menempatkan pejabat Belanda itu di Jbukota
Bolaang karena menglligat pengalaman pahit yang diderita leluhur-
nya yaitu Raja Salmon Manoppo yang dibuang ke Tanjung Peng-
haapan Afrika tahun 1748-1754 akibat mau berhubungan dengan
Belanda.
Sebenarnya Kontrolur itu sudah menduduki posnya yaitu di
Bolaang namun karena raja dan rakyat menunjukkan sikap ber-
musuhan maka ia kembali lagi ke Manado. Karena raja ini tidak
mau bekerja sama dengan mereka, maka Belanda melaksanakan
politik adu domba. Tanpa membatalkan kontraknya dengan raja
itu maka Belanda membeslitkan Datu Cornelis Manoppo saudara
raja sebagai Raja Bolaang Mongondow yang baru tahun 1901 itu
juga. Dengan demikian di tahun itu Kerajaan Bolaang Mongondow
memiliki dua raja,'satu yang dianggap Belanda dan yang satu masih
menduduki takhta. Raja Datu Cornelis Manoppo dengan disertai
Kontrolur Veenhuyzen dan staf dikawal sepasukan polisi kembali
Bollltillg Mongondow. Untuk menghindarkan bentrok~ dertgan
raja di Bolaang maka mereka mendarat di tempat lain lalu masuk
ke pedalaman. Raja Datu Cornelis Manoppo lalu me.hentukan
Kotobangon sebagai ibukota kerajaan yang baru. Wilayah kekua-
saan Raja Riedel Manuel Manoppo sebagian besar diambil alih
dengan cara damai oleh Raja Datu Cornelis Manoppo. Untunglah
tidak pernah terlaksana politik adu domba Belanda itu yaitu sam- ' ·
pai mengakibatkan pertumpahan darah. Ketika Raja Riedel Manu-
el Manoppo meninggal dunia tahun 1902, praktis seluruh kerajaan
Bolaang Mongondow kembali memiliki seorang raja saja. Hanya
ibu kota tidak kembali ke Bolaang di pesisir, melainkan tetap di
Kotobangon di dataran tinggi Mongondow di daerah pedalamari.
Kontrolur sendiri tidak berkedudukan di Kotobangon tetapi di
Kotabaru di kaki gunung Siak dekat Kotobangon. Beberapa tahun
kemudian pemerliltah Belanda mendirikan ibukota baru yaitu
Kotamobagu di tartah Togop tepat berdampingan dengan ibukota
Kotobangon.
Sampai pada masa pemerintahan Raja Riedel Manuel Ma-
noppo, dalam menjalankan pemerintahan seorang raja dibantu
oleh seorang Perdana Menteri yang disebut Sahada Tompunuon.
Perdana Menteri atau Sahada Tompunuon yang terakhirialah Angki
Lasabuda. Setelah-jabatan itu dihapuskan maka pejabat kerajaan
63