Page 69 - SEJARAH KEBANGKITAN NASIONAL DAERAH SULAWESI UTARA
P. 69

. · , .-  l
                                    .   I




                   Pada  tahun  itu  juga  (1927)  kepulauan  Sangir  Talaud
              mendapat kunjungan  dari Gubernur Jenderal van Limburg Stirum
              yang· berkedudukan  di  Batavia  (Jakarta).  Ia  disambut  dengan
              upacara  adat  kebesaran  di  Tahuna.  Maksud  perkunjungannya itu
              ialah  datang  meninjau  daerah  yang  terserang  hama  sexava  (be-
              lalang  yang ·rrierusak  tanaman  kelapa)  yang  sedarig  merajalela . di
              pulau  Talaud,  Tahuna,  Tabukan  dan  Manganitu.  Dalam  masa
              ini juga pulau Miangas yang terletak di perbatasan dengan Philipina
              menjadi pangkal sengketa antara Pemerintah kolonial Belanda de-
              ngan  Amerika Serikat. Untuk , penyelesaian  sengketa itu dikirim-
              kan  kapal  perang  De  Zeven  Provincien  yang  membawa  serta
              Adspirant  Controleur  Tahuna ,Lomans  Stuyter JJogugu  Willem
                                                      8
              Sarapil dan Z.M. Adipati pada tahun 19146 ).
                   Ternyata  sengketa  ini  berlangsung  terus  sampai  tahun
              1928  dan  setelah  di selidiki menurut sejarah,  kebangsaan,  bahasa
              dan  lain-lain,  pada  kenyataannya  penduduk  pulau  itu  masuk
              daerah Hindia Belanda (kini Indonesia).  Hal ini sesuai  keputusan
              Mahkamah  Internasional tanggal  4  April  1928 yang diketuai oleh
              Dr.  Max  Huber.  Pada  7  Mei  1929 oleh Raja Talaud dan  Residen
              Manado  ditempatkan  di  sana  lambang  bendera  Belanga  dan
              Je  maintiendrai.  Kemudian  hari  dalam masa  Republik Indonesia
              yaitu  pada  tanggal  9  mei  1954  oleh  Residen  Manado  dan  Ke-
              pala  Daerah  Sangir  Talaud,  lambang  Belanda  itu  diganti  dengan
              lambang  Bhinneka  Tunggal  Ika  dan  bendera  Sang  Saka  Merah
              Putih. 69  ).              •
                   Mengenai  pengaruh  politik  disentralisasi  dari  pemerintah
              Hindia  Belanda  di  daerah  Sangir  Talaud  pada  masa  itu  dapat
              disebutkan  antara  lain  adalah  diberikannya  kekuasaan-kekuasaan
              yang  lebih  luas  kepada  raja-raja  dengan  memberikan  kedudukan
              kepada  mereka  sebagai  Zelfbestuurder,  yaitu  suatu  kedudukan
              dan  wewenang/kekuasaan  untuk  memerintah  sendiri  sebagai


              68).  P3KD  Sulawesi  Utara ,  op.  cit,  hal  167  - 168, wawancua dengan H.E.  Yuda,
                   28  - 9  - 1978,  lihat juga  Ef.  Tatirnu,  Kepulauan  Sangihe  Talaud,  op cit.,  hal
                   12.
              69).   Bagian  Bahasa  Djawatan  Keb,  Kem  PPK,  Medan  Bahasa  memuat hal  ihwal
                   Bahasa  Indonesia,   No. 9 tahun VI  Djakarta,  1956,  hal  20  - 22,  lebih jauh
                   lihat. Theodorus  Salilo Suatu  tinjauan  tentang hak sejarah  Indonesia  atas pulau
                   Miangas, skripsi 811Ttljana, Fak. Soslal Politik UNSRA T, Manado, 1974.

              60
   64   65   66   67   68   69   70   71   72   73   74