Page 108 - Buku Ajar Basa Jawa
P. 108
Pertama, bentuk wasesa. Dalam contoh kalimat
yang memuat lesan, wasesa mempunyai imbuhan
berawalan m-, n-, ny- dan ng- dan ater-ater anuswara
(m-, n-, ng-, dan ny-) ditambah panambang -i atau
panambang –ake. Dengan kata lain, wasesa yang
memuat lesan hanya berbentuk tembung kriya tanduk
mawa lesan. Hal berbeda, terdapat dalam bentuk
wasesa yang memuat geganep. Bentuk wasesa-nya
berimbuhan selain anuswara (m-, n-, ng-, dan ny-) dan
tanpa imbuhan (tembung lingga).
Kedua, penghilangan unsurnya. Kata roti, dokar,
wakul, dan guritan memiliki fungsi sebagai lesan.
Apabila keempat kata tersebut, dihilangkan maka
maksud dari kalimat menjadi tidak jelas. Berbeda
dengan kata lawang, angler, pari, dan omah. Apabila
dihilangkan tidak akan mengurangi maksud atau masih
dapat diketahui maksudnya.
Ketiga, kalimat yang memuat lesan dan geganep
berdasarkan tindakannya berbentuk ukara tanduk.
Ukara tanduk yang memuat lesan dapat diubah menjadi
ukara tanggap yakni dengan membaliknya.
Lesan
Ukara tanduk Ukara tanggap
Adhik mangani roti Roti dipangani adhik Buku ini tidak diperjualbelikan.
Siti ngenteni dokar Dokar dienteni Siti
Simbah nyunggi wakul Wakul disunggi Simbah
Rudi ngarang guritan Guritan dikarang Rudi
Belajar Bahasa Daerah | 101