Page 57 - eBook Manajemen Pengantar_Neat
P. 57

Pendekatan-pendekatan Social Responsivenes

                Perusahaan perlu melakukan respon terhadap berbagai masalah sosial
           yang ada di lingkungan perusahaan, seperti yang dikatakan oleh Beliveau
           et al. (1994), yang dikutip dalam Solihin (2008), setidaknya terdapat
           tiga perspektif pendekatan yang dapat menerangkan fenomena corporate
           social responsiveness, yaitu:
           1.  Perspektif institusional (institutional perspective).  Berdasarkan
                perspektif ini, perusahaan melakukan corporate social responsive-
                ness agar perusahaan dan para manajer mengalami kesesuaian dengan
                lingkungan perusahaan atau secara lebih spesifik dengan jaring-jaring
                hubungan sosial yang melingkupi perusahaan, maksudnya  perusahaan
                mencari kegitimasi bagi keberadaannya di mata publik.  Hal ini
                dilakukan agar perusahaan-perusahaan yang kurang efisien masih
                dapat bertahan cukup lama apabila perusahaan tersebut memiliki
                legitimasi di mata publik.
           2.  Perspektif  ekonomi  (Economic  Perspective).  Kemampuan
                perusahaan untuk  melakukan respon terhadap tekanan sosial sangat
                berhubungan erat dengan kesehatan keuangan perusahaan.  Demikian
                halnya keinginan perusahaan untuk terlibat dalam kegiatan corpo-
                rate social responsiveness sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi/
                keuangan perusahaan tersebut.  Dengan memperhatikan beberapa
                poin tersebut, dapat ditarik kesimpulan, bahwa perusahaan yang tidak
                mendapatkan  aliran  dana  masuk  yang  cukup  dari  penghasilan
                perusahaan  tidak  akan  memiliki  modal  yang  memadai  untuk
                melaksanakan aktivitas corporate social responsiveness.
           3.  Perspektif Reputasi Manajerial (Managerial Reputation Per-
                spective).  Agency theory menyatakan bahwa manajer perusahaan
                bertindak sebagai agen dari pemilik perusahaan. Dalam membuat
                keputusan-keputusan perusahaan, manajer dapat bertindak mewakili
                kepentingan pribadinya atau mewakili kepentingan para pemegang
                saham.  Salah satu kepentingan yang biasanya mengemuka pada saat
                manajer membuat keputusan adalah apakah keputusan-keputusan
                yang mereka buat tersebut akan memiliki dampak menguntungkan
                bagi reputasi mereka sebagai manajer.
                Reputasi sangat penting, mengingat manajer menghadapi risiko usaha
           seperti: perushaaan bisa saja mengalami kegagalan, perusahaan bis hilang
           karena digabung dengan perusahaan lain yang skala ekonominya besar
           (merger), atau strategi perusahaan mengalami perubahan.  Berkatan
           dengan hal-hal tersebut, manajer memiliki risiko kehilangan pekerjaannya.




             46                                            Manajemen Pengantar
   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62