Page 236 - Gabungan
P. 236
"Betul! Komputer!" kata pengantin pria. "Katanya di Amerika dan
Jepang banyak komputer."
"Tuan Su, Nona Yenni, saya ada permintaan, tapi tidak enak
mengatakannya," kata tuan rumah tua.
"Silakan saja," kata Su Wenbin.
"Nama saya Haji Rahmat. Pengantin ini anak bungsu saya,
Slamet," perkenalannya. "Di daerah Gunung Hijau ini, banyak yang
kenal Haji Rahmat dari Desa Sungai Putih. Kedatangan kalian adalah
kehormatan bagi keluarga kami dan warga desa. Bisakah kami
berfoto bersama sebagai kenang-kenangan?"
"Dengan senang hati!" jawab Su Wenbin dan Yenni serempak.
"Fotografer!" teriak Haji Rahmat.
Fotografer segera muncul. Orang-orang berbaris rapi. Beberapa
jepretan kamera mengabadikan momen itu. Yenni dan Su Wenbin
berpamitan.
Saat mobil mulai bergerak, Yenni melihat melalui kaca spion
orang-orang masih melambaikan tangan. Suasana hangat ini
membuatnya merenungkan nasibnya sendiri. Ia iri pada pasangan
pengantin yang bahagia itu. Bagaimana dengan dirinya? Setelah
kehilangan Rudy Rudiman, bisakah ia mendapatkan cinta Su Wenbin?
Yenni melirik Su Wenbin yang sedang fokus menyetir. Ia
membayangkan hubungan mereka yang semakin dekat,
236

