Page 232 - Gabungan
P. 232

"Itu  dari  daun  kelapa  muda,  simbol  kebahagiaan  dan


            keberuntungan. Mungkin ada pernikahan, mau lihat?" tanya Yenni.


                "Bagus! Aku ingin tahu!"


                "Tak ada waktu menjelaskan panjang lebar, ikuti saja gerakanku,"


            pesan Yenni.


                Mobil  berhenti  di  depan  rumah  tersebut.  Kehadiran  pasangan


            muda  tampan-cantik  dengan  mobil  mewah  di  sebuah  pernikahan


            desa  tentu  mengundang  keheranan.  Semua  mata  tertuju  pada


            mereka,  orang-orang  berbisik,  penyanyi  berhenti  bernyanyi,  penari


            membeku—sejenak semuanya terasa diam.


                Yenni dan Su Wenbin tersenyum ramah. Mereka mendekati meja


            penerimaan,  mengambil  uang  5.000  rupiah  dari  dompet,  dan


            meletakkannya di atas meja. "Su Wenbin, Yenni."

                Petugas  penerima  lupa  mencatat  nama,  buru-buru  berdiri  dan


            menyatukan kedua telapak  tangan ke  arah Yenni, yang membalas


            gestur  serupa.  Empat  telapak  tangan  saling  menyentuh  sebentar


            sebelum tangan kanan masing-masing menepuk dada sendiri. Ketika


            giliran Su Wenbin, dia sempat bingung sebelum akhirnya menepuk


            dadanya dua kali, membuat Yenni terkikik dan semua orang tertawa


            riang.


                Sepasang orang tua mendekat dan menyambut mereka dengan


            cara  serupa.  Kali  ini  Su  Wenbin  sudah  tidak  gugup  lagi.  Sikapnya

                                                           232
   227   228   229   230   231   232   233   234   235   236   237