Page 425 - Gabungan
P. 425

Wenying  bingung  memandang  ayahnya,  lalu  pada  Bibi  Rahmi.


            Rahmi menepuk bahu Wenying:


                "Bibi Lani akan kembali!"


                "Kapan?" tanya Wenying cepat.


                Mata Rahmi berkaca-kaca, bibirnya gemetar. Ia hanya mengelus


            kepala Wenying.


                "Kami sayang Bibi Lani!" kata Wenying.


                Rahmi  dan  Bai  Datou  saling  memandang.  Bai  Datou  menghela


            napas, menggeleng, kembali memahat patung itu.


                Keesokan sore sekitar jam tiga, saat Bai Datou sedang mengamati


            dan menggosok patung Lani, tiba-tiba Untung berlari masuk:


                "Tuan  Bai!  Rahmi  pagi  tadi  pergi  ke  bukit  belakang  mengambil


            kayu bakar, sampai sekarang belum kembali. Biasanya paling lambat

            jam satu siang sudah pulang."


                "Aku  akan  menemanimu  mencari!"  Bai  Datou  meletakkan


            pekerjaannya,  berkata  pada  tiga  anaknya:  "Kalian  jangan  keluar


            rumah, Ayah sebentar lagi pulang."


                Bai Datou dan Untung Budiman bergegas pergi. Setelah mencari


            lebih  dari  satu  jam  di  bukit  belakang,  mereka  menemukan  mayat


            Rahmi  di  semak-semak  dekat  batu  tempat  jenazah  Komandan


            Tanaka Takeo dikubur. Untung segera melaporkan pada kepala desa


            dan  pos  polisi.  Malam  itu  juga  polisi  dan  dokter  datang  memotret,

                                                           425
   420   421   422   423   424   425   426   427   428   429   430