Page 9 - Gabungan
P. 9
refleks melihat jam tangan quartz elektroniknya—13:29, masih siang hari. Ia
mengeluarkan tisu beraroma, menyeka wajah dan lehernya agar lebih segar.
Ia menyalakan mesin mobil dan perlahan melanjutkan perjalanan. Su
Wenbin memeriksa semua indikator di dashboard, terutama sistem rem.
"Pengalaman mengemudi di tengah hujan masih kurang, harus ekstra hati-hati,"
ia mengingatkan diri sendiri.
Seperti pepatah, "Angin kencang pertanda hujan akan datang." Su Wenbin,
sendirian mengemudi di jalan perbukitan yang sepi, merasakan betapa
dahsyatnya alam. Ia melihat hutan di bukit belakang sudah putih tertutup hujan
lebat. Ia memindahkan transmisi ke gigi tiga, menjaga kecepatan sekitar 50
km/jam. Matanya tak lepas dari jalan di depan. Mobil-mobil dari arah
berlawanan melintas dengan cepat, mungkin karena pengemudinya ingin
menunjukkan keahlian atau sekadar buru-buru pulang menghindari badai.
Justru di saat-saat seperti inilah kecelakaan sering terjadi.
Tiba-tiba, Su Wenbin melihat sebuah sepeda motor merah model bebek
mendekat. Pengendaranya adalah seorang gadis cantik berambut panjang,
mengenakan kaus putih dan celana jeans. Gadis itu membelalakkan matanya
ke arah Su Wenbin dan berteriak kaget:
"Rudy!"
Sebelum Su Wenbin sempat mendengar jelas teriakannya, motor merah itu
sudah melintas dengan cepat. Rambut panjang gadis itu berkibar-kibar ditiup
angin. Dari kaca spion, Su Wenbin melihat sosok gadis dan motornya semakin
9