Page 210 - 37 Masalah Populer
P. 210
ْ
ُ
ِةَّنَجلا ِءاَسِن َ ةَد يَس يِنْوكَت َ ْنأ َنْي ِ ضرَت ْ ا َ مأ َ
ِ
ْ
“Apakah engkau tidak mau menjadi pemimpin wanita penduduk surga”. (HR. at-Tirmidzi).
Riwayat Kesebelas:
Al-Maqburi berkata, “Kami bersama Abu Hurairah, kemudian al-Hasan datang, ia mengucapkan
salam, orang banyak membalasnya, ia pun pergi, Abu Hurairah bersama kami, ia tidak
menyadari bahwa al-Hasan bin Ali datang, lalu dikatakan kepadanya, “Ini adalah al-Hasan bin
َ
ِ
Ali mengucapkan salam”, maka Abu Hurairah menjawab,يِد يَس اَي َكْيلَع َ و “Keselamatan juga
bagimu wahai tuanku”. Mereka berkata kepada Abu Hurairah, “Engkau katakan ‘Wahai
tuanku’?”. Abu Hurairah menjawab,
َّ
َّ
َ
َ
َلَاق ملَسو َ ِهْيلَع ُ َّ اللّ ىلَص ِاللّ َّ َلوُسر َ نأ َ ُدَهْشأ َ
ٌ
ِ
“Aku bersaksi bahwa Rasulullah Saw bersabda, د يَس ُهَّنِإ “Ia –Al Hasan bin Ali- adalah seorang
pemimpin” 285 .
Kata Sayyid dan Sayyidah digunakan pada Fathimah, Sa’ad, al-Hasan, al-Husein, Abu
Bakar, Umar dan orang-orang yang sabar secara mutlak, dengan demikian maka kita lebih utama
untuk menggunakannya.
Dari dalil-dalil diatas, maka jumhur ulama muta’akhkhirin dari kalangan Ahlussunnah
waljama’ah berpendapat bahwa boleh hukumnya menggunakan lafaz Sayyid kepada Nabi
Muhammad Saw, bahkan sebagian ulama berpendapat hukumnya dianjurkan, karena tidak ada
dalil yang mengkhususkan dalil-dalil dan nash-nash yang bersifat umum ini, oleh sebab itu maka
dalil-dalil ini tetap bersifat umum dan lafaz Sayyid digunakan di setiap waktu, apakah di dalam
shalat maupun di luar shalat.
Ibnu Umar menyebut:دمحم انديس ىلع الله ىلصو
هومتحكنا نإف مكيلإ بطخي انلاف نإ دمحم انديس ىلع الله ىلصو لله دمحلا : لاق وزيل يعد اذإ ناك هنأ " : رمع نبا ثيدح
الله ناحبسف هومتددر نإو لله دمحلاف
Kisah tentang Ibnu Umar, jika Ibnu Umar diundang untuk menikahkan, ia berkata, “Segala puji
bagi Allah, shalawat untuk Sayyidina Muhammad, sesungguhnya si fulan meminang kepada
kamu. Jika kamu nikahkan ia, maka Alhamdulillah. Jika kamu menolaknya, maka subhanallah”.
285 HR. Ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir. Imam Ibnu Hajar al-Haitsami berkata, “Para
periwayatnya adalah para periwayat yang tsiqah”, Majma’ Az-Zawa’id (15049).
210