Page 56 - Sang Pemimpi by Andrea Hirata (z-lib.org)
P. 56

itu, muara, dan barisan hutan bakau adalah pemandangan yang
              terbentang  jika  kami  membuka  jendela  los  kontrakan  kami  di
              dermaga.
                  Namun, tak seindah cerita romansa Sungai Seine, muara itu
              adalah  muara  air  mata.  Beberapa  tahun  lalu  sebuah  keluarga
              Melayu  berkebun  di  pulau  kecil  tak  jauh  dari  muara.  Dalam
              perjalanan  pulang,  perahu  mereka  terbalik.  Dua  hari  kemudian
              orang  melihat  sosoksosok  mengambang  pelan,  lekat  satu  sama
              lain, mengikuti anak Sungai Manggar. Sang ayah, dengan kedua
              tangannya,  memeluk,  merengkuh,  menggenggam  seluruh
              anggota  keluarganya.  Istrinya  dan  ketiga  anaknya  semuanya
              berada dalam  dekapannya. Ia ingin  menyelamatkan semuanya.
              Sebuah  upaya  yang  sia-sia.  Tapi  anak  tertuanya,  Laksmi,
              selamat. Gadis kecil itu tak sadarkan diri, tersangkut di akar-akar
              bakau.  Sejak  itu  semenanjung  tempat  keluarga  itu  ditemukan
              dinamakan orang Semenanjung Ayah.
                  Laksmi dipungut seorang Tionghoa Tongsan pemilik pabrik
              cincau  dan  ia  bekerja  di  situ.  Tapi  seperti  Jimbron  dengan
              Pendeta  Geo,  bapak asuh  Laksmi justru  menumbuhkan  Laksmi
              menjadi  muslimah  yang  taat.  Sayangnya  sejak  kematian
              keluarganya,  kehidupan  seolah  terenggut  dari  Laksmi.  Ia
              dirundung murung setiap hari.
                  Jelas,  meskipun  sudah  bertahun-tahun  terjadi,  kepedihan
              tragedi  di  Semenanjung  Ayah  masih  lekat  dalam  dirinya.  Dan
              selama bertahun-tahun itu pula, tak pernah lagi
              —tak  pernah  walau  hanya  sekali—orang  melihat  Laksmi
              tersenyum.
                  Senyumnya  itu  sangat  dirindukan  semua  orang  yang
              mengenalnya.  Karena  senyumnya  itu  manis  sebab  wajahnya
              lonjong  dan  ada  lesung  pipit  yang  dalam  di  pipi  kirinya.  Tapi
              kejamnya nasib hanya menyisakan sedikit untuk Laksmi: sebuah
              pabrik  cincau reyot, masa  depan tak pasti,  dan  wajahnya yang
              selalu sembab. Laksmi selalu menampilkan kesan seakan tak ada
              lagi orang yang mencintainya di dunia ini, padahal, diam-diam,
              Jimbron  setengah  mati  cinta  padanya.  Jimbron  bersimpati
              kepada  Laksmi  karena  merasa  nasib  mereka  sama-sama

                                          54
              -Sang Pemimpi-                                                                                                                     ADEF
   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61