Page 57 - Sang Pemimpi by Andrea Hirata (z-lib.org)
P. 57

memilukan.  Mereka  berdua,  dalam  usia  demikian  muda,
              mendadak  sontak  kehilangan  orang-orang  yang  menjadi
              tumpuan kasih sayang. Kepedihan yang menghunjam dalam diri
              mereka  menyebabkan  Laksmi  kehilangan  senyumnya,  dan
              Jimbron  kehilangan  suaranya.  Mereka  berdua  mengandung
              kehampaan yang tak terkira-kira dalam hatinya masing-masing.
                  Setiap Minggu pagi Jimbron menghambur ke pabrik cincau.
              Dengan  senang  hati,  ia  menjadi  relawan  pembantu  Laksmi.
              Tanpa  diminta  ia  mencuci  kaleng-kaleng  mentega  Palmboom
              wadah  cincau  itu  jika  isinya  telah  kosong  dan  ikut  menjemur
              daun-daun cincau. Seperti biasa, Laksmi diam saja, dingin tanpa
              ekspresi.  Di  antara  kaleng-kaleng  Palmboom  mereka  berdua
              tampak lucu.
                  Jimbron yang gemuk gempal,  sumringah, dan  repot  sekali,
              hanya  setinggi  bahu  Laksmi  yang  kurus  jangkung,  berwajah
              lembut,  dan  tak  peduli.  Sering  Jimbron  datang  ke  pabrik
              membawakan Laksmi buah kweni dan pitapita rambut. Jimbron
              ingin sekali, bagaimanapun caranya, meringankan beban Laksmi
              meskipun hanya sekadar mencuci baskom.
                   Jika  pembeli  sepi,  Jimbron  beraksi.  Bukan  untuk  merayu
              atau  menyatakan  cinta,  bukan,  sama  sekali  bukan,  tapi  untuk
              menghibur Laksmi. Dari kejauhan aku dan Arai sering terpingkal-
              pingkal  melihat  Jimbron  bertingkah  seperti  kelinci  berdiri.  Tak
              diragukan,  dia  sedang  meringkik,  sedang  menceritakan
              kehebatan seekor kuda. Laksmi semakin datar karena kuda sama
              sekali asing baginya, asing bagi semua orang Melayu.
                  Kadang-kadang,  dengan  penuh  semangat,  Jimbron
              memamerkan aksesori baru sepeda jengkinya pada Laksmi yaitu
              sadelnya yang ia buat seperti pelana kuda.
                  Kulit  kambing  didapatnya  dari  beduk  apkir.  Lengkap  pula
              dengan  kantong  kecil  untuk  menyelipkan  senapan  meski
              kenyataannya diisinya botol air. Atau sepatunya yang ia pasangi
              ladam jadi seperti sepatu kuda, atau aksesori berupa tanduk sapi
              yang  diikatkan  pada  setang  sepedanya.  Laksmi  hanya
              menggeleng-gelengkan kepalanya.
                  Sering  Jimbron  menghampiri  Pak  Balia  untuk  meminta

                                          55
              -Sang Pemimpi-                                                                                                                     ADEF
   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62