Page 104 - JALUR REMPAH
P. 104
90 | Jalur Rempah dan Dinamika Masyarakat Abad X - XVI
Banggai dan Luwu
Banggai dan Luwu dikenal dengan produksi alat-alat pertanian. Peralatan
pertanian yang dibuat oleh pandai besi di Banggai dan Luwu, di pesisir Sulawesi
bagian timur, seperti kapak besi, pedang, dan pisau. Kepandaian orang Banggai
dan Luwu dalam memproduksi alat pertanian sangat dikenal oleh pedagang-
pedagang dari kepulauan lainnya. Orang-orang Banda pada paruh pertama
abad ke-15 dengan proa (kapal kecil) bermuatan 16 hingga 24 ton datang ke
Kepulauan Banggai untuk mendapatkan budak, pisau, dan pedang besi. Barang
dagangan itu ditukarkan oleh orang-orang Banda dengan kain Gujarat, tenun
kasar dan manik-manik.
Sumber besi yang kaya dilapisi dengan nikel juga digunakan untuk
membuat keris, Bahkan keris Majapahit konon berasal dari Sulawesi bagian
tengah. Biji besi laterit yang kandungan besinya mencapai 50 persen dengan
lapisan nikel, yang banyak ditemukan dekat permukaan di tepi Danau Matano
dan di bagian hulu Sungai Kalaena. Besi dari Sulawesi bisa diekspor melalui
Teluk Bone, yang dikuasai kerajaan Luwu, atau melalui pantai timur Sulawesi
yang pada abad ke-16 dan sebelumnya dikuasai oleh kerajaan Banggai. Banggai
dan Luwu disebutkan dalam Negarakertagama sebagai pembayar upeti kepada
Majapahit. Hal ini menunjukkan bahwa ekspor besi dan persenjataannya dari
sumber yang sama. “Besi dalam jumlah besar berasal dari luar, dari Kepulauan
Banggai, kapak besi, parang, pedang dan pisau.”
48
Di penghujung abad ke-14, pelabuhan-pelabuhan penting di Sulawesi
bagian timur dikuasai oleh Ternate. Banggai hanyalah salah satu di antaranya
dan negara pembayar upeti. Demikian pula, Tobunggu pintu langsung menuju
laut dari Danau Matano. Tobunggu merupakan peleburan besi yang bertetangga
dengan Banggai mengekspor pedang dan lembingnya bukan hanya untuk
pembayaran upeti kepada Ternate, tetapi diperdagangkan ke Makassar dan
seluruh Kepulauan Indonesia bagian timur.
49
48 Untuk hal ini lihat. A.C. Kruijt. “Het Ijzer in Midden Celebes,” BKI 53 (1901), hlm. 148-160.
49 Pada pertengahan abad ke-17, “besi Luwu” masih tetap merupakan salah satu ekspor
utama dari Makassar ke Jawa bagian timur. Besi yang lebih murah pada waktu itu sudah mulai hadir dari
Cina dan Eropa, tapi para pembuat keris di Jawa tampaknya lebih menyukai besi Sulawesi yang banyak
mengandung kandungan nikel untuk membuat keris yang berpamor. Untuk hal ini lihat. Reid. Op.cit.
Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga … Jilid I, hlm. 125.