Page 99 - JALUR REMPAH
P. 99
Produksi Rempah, Pelabuhan dan Jaringan Perniagaan di Nusantara | 85
Ternate
Nama Maluku pada mulanya hanya menunjuk kepada mata rantai lima
pulau kecil yakni Ternate, Tidore, Morotai, Bacan dan Makian. Pemegang
peranan dari kepulauan ini adalah pulau kembar Ternate dan Tidore. Kedua
pulau itu masing-masing memiliki gunung berapi yang menyembul dari dasar
laut dengan ketinggian sekitar 1000 meter di atas permukaan laut. Secara
alamiah baik Ternate maupun Tidore pada abad ke-13 dan ke-14 merupakan
penghasil cengkeh dunia. Ternate merupakan Kolano (Sultan) yang menguasai
kawasan kawasan yang membentang ke barat sampai ke Sulawesi, Mindanao di
utara, Papua di timur dan Seram serta Ambon di selatan.
Ternate di bawah pimpinan Kolano Sida Arif Malano (1317-1331)
membuka diri sebagai bandar utama perdagangan di wilayah Maluku. Pada
masa pemerintahan Sida Arif Malano Ternate, Tidore, dan Bacan mulai
kedatangan pedagang mancanegara dan dari kawasan lain di Nusantara. Dari
luar negeri adalah pedagang-pedagang Cina, Arab, dan Gujarat. Sementara,
pedagang-pedagang dari Indonesia datang dari Jawa, Maluku, dan Makassar.
Pedagang ini mulai menetap atau membuka pos-pos niaga di Ternate,
Tidore dan Makian. Situasi ini direspons secara cepat oleh Sido Arif dengan
memberikan kemudahan-kemudahan yang diperlukan para pedagang itu.
Misalkan penyediaan fasilitas pondokan, makanan dan minum serta gudang
untuk barang dagangan mereka. Ternate dalam perkembangannya muncul
sebagai kota dagang dengan berbagai fasilitas yang menarik.
37
Sida Arif kemudian juga mendirikan pasar untuk mempertemukan para
pedagang asing dan nusantara tersebut. Di pasar Ternate, rakyat menggelar
dagangannya mulai dari rempah-rempah, bahan makanan seperti sagu dan
ikan, buah-buahan dari Moro, dan daging. Juga, diperdagangkan hasil pandai
besi seperti parang, dan alat-alat pertanian hingga beragam kebutuhan hidup
lainnya. Sementara, para pedagang asing dan Indonesia menjual tekstil,
berbagai perhiasan emas, perak dan batu mulia. Terdapat pula barang dagangan
beras dan alat-alat keperluan rumah tangga, seperti kaca, piring dan mangkuk
37 Untuk hal ini lihat, M.Adnan. Amal. Kepulauan Rempah-Rempah. Perjalanan Sejarah Maluku
Utara 1250-1950. Jakarta:Kepustakaan Populer Gramedia, 2016, hlm. 59.