Page 96 - JALUR REMPAH
P. 96
82 | Jalur Rempah dan Dinamika Masyarakat Abad X - XVI
yang ramai oleh orang Jawa. Mereka datang untuk mendapatkan cengkeh yang
ditukarkan dengan bahan makanan dan kain. Cepatnya perluasan penanaman
cengkeh itu dibuktikan dengan kedatangan sebuah armada junk pada 1538
di lepas pantai Hitu. Kedatangan armada tersebut untuk memuat cengkeh di
pelabuhan yang menjadi pusat pasar. Armada ini terdiri dari sepuluh kapal
junk besar. Diperkirakan pada perempat abad ke 16 panen cengkeh di Ambon
mencapai 2000 kuintal.
32
Orang Jawa menyebarkan agama Islam di Hitu. Kota ini menjadi pusat
agama Islam, namun sebagian besar penduduknya masih kafir. Bahkan
tempat-tempat yang lebih kecil menjadi bawahan langsung Hitu tetap belum
Islam hingga awal abad ke-17. Walaupun sebagian besar kepala suku sudah
menjadi muslim pada saat itu. Pada awalnya orang Hitu melakukan hubungan
bisnis dengan orang Portugis mereka diizinkan untuk membangun sebuah
permukiman pada 1525. Akan tetapi, orang Portugis berupaya menghentikan
orang Jawa yang berdagang di sana . Karena mereka takut permintaan orang
Jawa akan menaikkan harga rempah-rempah, baik orang Jawa maupun orang
Hitu tidak dapat menerima gangguan tersebut. Penduduk Ambon menerima
bantuan melawan orang Portugis dari penduduk Kepulauan Banda serta dari
orang Jawa. Ambon sebelum kedatangan orang Portugis telah menjadi titik
pusat perdagangan. Tidak hanya rempah-rempah domestik, buah pala dan fuli.
Cengkeh dari Maluku dan Ambon juga dikumpulkan untuk dijual kepada para
pedagang asing yang datang ke Banda dari tempat-tempat di dalam dan di luar
Indonesia. Karena orang Banda adalah satu-satunya penduduk di kepulauan
rempah yang terlibat dalam pelayaran niaga, merekalah yang membawa
cengkeh dari Maluku dan Ambon ke Banda.
Pada paruh pertama abad-16 penanaman cengkeh meluas hingga ke
Ambon dan kepulauan Seram. Perluasan penanaman cengkeh ini juga didorong
oleh permintaan yang pesat dari Portugis. Sementara itu, Portugis sejak akhir
abad ke 16 sudah dapat menguasai kota Ambon dengan mendirikan beberapa
benteng, salah satunya yang terkenal Benteng Victoria yang berada ditengah
kota Ambon. Sebaliknya Hitu dan Ambon meskipun menjadi tempat perluasan
penanaman cengkeh, namun kedua bandar itu tetap berfungsi sebagai
pelabuhan transit dari kepulauan rempah. Orang-orang Banda yang aktif
32 Meilink- Roelofz. Op.cit, hlm 158.