Page 91 - JALUR REMPAH
P. 91
Produksi Rempah, Pelabuhan dan Jaringan Perniagaan di Nusantara | 77
standar media sirkulasi adalah pala. Dapat diperkirakan bahwa nilai penting
buah pala Banda sudah melesat meningkat pada abad ke 16.
20
Hampir seluruh bahan makanan dan tekstil, penduduk Banda sangat
bergantung pada impor. Selain rempah-rempah, buah kelapa, dan beberapa
jenis buah, tidak ada tanaman pertanian di kepulauan ini. Sagu datang ke
Banda bagian timur, terutama dari kepulauan Aru dan Kei. Sagu ditukarkan
dengan tekstil yang diperoleh orang Banda dari orang Jawa dan Melayu yang
ditukarkan dengan rempah-rempah. Sementara itu, beras dan bahan makanan
lainnya yang dibawa orang Jawa dan Melayu dikonsumsi oleh orang Banda
sendiri. Akibat rempah-rempah yang ditanam untuk ekspor, kebutuhan orang
Banda juga meningkat. Menanam beras dianggap tidak menguntungkan
karena akan mengurangi luas lahan rempah-rempah. Untuk tekstil mereka
sangat tergantung dari impor luar negeri. Jadi, rempah-rempah menjadi pusat
keberadaan mereka. Karena rempah-rempahlah mereka bisa mendapatkan
makanan dan pakaian.
21
Kedatangan bangsa-bangsa Barat di kepuluan Banda dimulai dengan
Portugis. Kapal Portugis menyelenggarakan pelayaran pada November 1511,
mereka bertolak dari Malaka pada musim angin timur melalui rute selatan
dan tiba di Banda Neira pada Januari 1512. Kapal Portugis berlayar pertama
kali kepulauan Banda mengikuti jalur pelayaran yang sama seperti jung-jung
Malaka dan Jawa, singgah di Gresik dan pelabuhan lain di pantai utara Jawa,
dan kemudian berlayar melalui Kepulauan Sunda Kecil menuju Banda, Ambon
dan Maluku. Sekitar tahun 1520, mereka mulai menggunakan “rute Borneo”
yang membawa mereka ke Maluku melalui Brunei hanya 40 hari merupakan
jarak tempuh yang cepat. Namun demikian, jalur tradisional (selatan) secara
komersil masih menguntungkan, memungkinkan para saudagar Poetugis untuk
berdagang menuju pelabuhan Jawa dan mengumpulkan barang-dagangan di
Kepulauan Sunda Kecil, khususnya kayu cendana Timor. Kehadiran Portugis
22
20 Meilink-Roelofsz, Ibid. Asian Trade and European Influence ….., hlm.93.
21 Oleh karena itu di kepulauan Banda, benar-benar diselenggarakannya sebuah pasar
untuk barang-barang yang dibutuhkan untuk keperluan sehari-hari. Untuk hal ini lihat. J.C. van Leur.
Indonesian Trade And Society. Essays in Asian Social and Economic History The Hague, Bandung: W. van
Hoeve Ltd, 1955, hlm 388.
22 Sebetulnya dengan menggunakan jalur Borneo, orang-orang Portugis sedikit mendapatkan
barang dagangan yang dapat dijual, kecuali damar dan emas. Untuk hal ini lihat. Villiers. Op.cit. “Trade
and Society in The Banda Islands in Sixteenth Century”, hlm. 723-750.