Page 90 - JALUR REMPAH
P. 90

76 | Jalur Rempah dan Dinamika Masyarakat Abad X - XVI


               angin ini  pedagang-pedagang asing berasal dari  Gujarat,  Benggala,  Pesisir
               Arabia dan Teluk Persia berlayar menuju kepulauan Banda. Pelayaran mereka
               bertolak dari Malaka dan tiba di kepulauan Banda pada Januari. Hal yang sama
               dilakukan pula oleh pedagang dari pesisir utara Jawa dan Tengah, Melayu dan
               sekitar kepulauan Maluku.

                   Kepulauan Banda sebagai sumber produksi eksotik rempah pada awalnya
               belum dapat diakses langsung oleh pedagang dari Barat, dan baru pada abad
               ke-16, perkumpulan pedagang Portugis, Belanda dan Inggris mulai hadir di
               Banda.  Kehadiran orang-orang Eropa yang mencari pala beserta fulinya akhir
                      16
               abad ke-16 telah meningkatkan kemakmuran masyarakat Banda. Gambaran
               kemakmuran masyarakat  banda terekam dalam pantun di kalangan orang-
               orang  Banda  pada  masa  itu,  “menggoyang  pohon  pala  gemerincing  ringgit
               jatuh dari langit.”  Pantun ini membuktikan betapa bernilainya tanaman
                                 17
               produksi pala dan fuli. Ketika panen raya terselenggara untuk setiap 7 tahun
               di akhir abad ke-16 adalah sebesar 500 bahar fuli dan sekitar 6000 hingga 7000
               bahar untuk buah pala.  Selain itu, rempah memiliki rasio nilai tertentu jika
                                      18
               dibandingkan dengan rempah lainnya.

                   Pada awal abad ke-16, satu bahar fuli sama dengan tujuh bahar biji pala,
               namun secara bertahap harga buah lada semakin murah jika dibandingkan
               dengan harga fuli. Pada 1603 rasio perhitungannya adalah 1:10.  Sementara
                                                                              19
               itu, Pires menyatakan bahwa harga satu bahar fuli sama dengan tiga hingga
               tiga setengah cruzado (mata uang Portugis), sesuai kualitas barang yang akan
               ditukar dengan fuli. Di sini Pires menduga, harga ini pasti sudah dipengaruhi
               oleh persaingan antara orang  Portugis dengan para  pedagang Asia lainnya
               yang menyebabkan naiknya harga di Kepulauan Banda. Dalam kenyataannya
               pada 1603 menurut sebuah memorandum Belanda yang ditulis pada tahun itu



                     16  Padahal permintaan produksi rempah dari Banda sangat diminati di kalangan pedagang
               internasional.  Hingga  akhir  abad  ke-14  produksi  rempah  kepulauan  Banda  dikonsumsi  oleh  pasar
               internasional melalui pedagang Gujarat yang melakukan reekspor ke pasar Laut Tengah dan kemudian
               mendistribusikan ke pasar Eropa. Untuk hal ini lihat, Hall. Op.cit. A History of Early Southeast Asia…,
               hlm. 314.
                     17   Pantun  ini  dalam  buku-buku  teks  membahas  sejarah  maritim  Indonesia  tidak  penulis
               temukan, namun penulis temukan di sebuah novel sejarah karya Hanna Rambe. Mirah dari Banda.
                     18  Satu bahar sama dengan 550 pound. Untuk hal ini lihat. Meilink-Roelofsz, Op.cit. Asian
               Trade and European Influence ….., hlm. 324.
                     19  Meilink-Roelofsz, Ibid. Asian Trade and European Influence ….., hlm. 93.
   85   86   87   88   89   90   91   92   93   94   95