Page 87 - JALUR REMPAH
P. 87
Produksi Rempah, Pelabuhan dan Jaringan Perniagaan di Nusantara | 73
pelabuhan lainnya di pulau Banda Neira. Sementara pulau Run dan pulau Ai
yang juga menghasilkan pala dan fuli terletak berjauhan dari Banda Neira dan
pulau Banda Besar. Namun, Pulau Ai dan Run setiap kali panen pala mereka
mengirimkan ke pelabuhan Orantata di Banda Besar untuk ditaksir volume
dan nilai dari pala tersebut.
Penduduk di Kepulauan Banda pada awalnya tidak diatur oleh kekuasaan
kerajaan sebagaimana berlaku di wilayah kepulauan Maluku lainnya seperti
Ternate, Tidore dan Halmahera. Di kepulauan Banda setiap desa mempunyai
otonomi dan kemandirian. Setiap desa dipimpin oleh orang kaya termasuk
yang mengatur perolehan tanah untuk penanaman pala. Dapat diperkirakan
pada abad ke-13 telah dibudidayakan perkebunan-perkebunan pala. Mereka
melakukan penyiangan rumput dan perlindungan pohon pala dari sinar
matahari secara langsung dengan menanam pohon besar. Sementara itu, Di
Banda, budidaya buah pala menjadi tugas kaum perempuan. Setiap 3-4 bulan
berlangsung panen pala, sedangkan panen raya berlangsung setiap 7 tahun
sekali, pada panen raya buah pala berlimpah ruah. Namun, demikian, orang
kaya senantiasa menjaga harga yang tinggi untuk produksi pala Banda. Agar
harga pala tetap tinggi di pasar, maka orang kaya mengambil keputusan untuk
mengurangi pertumbuhan pohon pala dengan mendaftar pohon-pohon yang
telah berbuah dari satu kali untuk ditebang. Dengan demikian pasokan pala
13
tetap mempunyai harga bersaing di pasar internasional.
Sementara itu kelompok desa di kepulauan Banda mempunyai tata cara
pengaturan proses produksi perkebunan pala. Para orang kaya setiap menjelang
masa panen berkumpul di Orantata untuk membicarakan penetapan harga
produk penjualan pala. Dalam pertemuan itu, orang kaya juga membicarakan
prediksi panen ke depan, perlukah mengurangi pohon pala yang telah berbuah,
agar harga jual pala dan fuli tetap mempunyai harga jual tinggi. Pesatnya
perdagangan di kepulauan Banda mendorong para pedagang di sana untuk
membeli kapal layar besar agar dapat menyelenggarakan pelayaran jarak jauh.
Kapal jung yang dipergunakan oleh orang-orang Jawa dibeli pedagang Banda.
Demikian pula, kapal layar galei milik pedagang Bugis dan Buton dibeli oleh
mereka. Namun demikian, orang-orang Banda bukan pelaut yang tangguh.
13 Di kemudian hari tindakan orang kaya itu ditiru oleh VOC untuk melakukan monopoli. Untuk
hal ini lihat. R.Z. Leirissa. Sejarah Maluku Dalam Perniagaan Rempah. Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, 2006, hlm. 112.