Page 95 - JALUR REMPAH
P. 95

Produksi Rempah, Pelabuhan dan Jaringan Perniagaan di Nusantara | 81


                 haluan ke Banda, mereka singgah di Hitu untuk menukarkan barang-barang
                 yang mereka bawa seperti perhiasan mutiara dan kain tenun kasar. Sementara
                 itu, pedagang kepulauan Seram berniaga ke Banda dengan membawa cengkeh.
                 Pada awal abad ke-16, perkebunan cengkeh di Seram diperluas penanamannya
                 hingga ke bagian selatan kepulauan itu. Pedagang dari Seram juga membawa
                 hasil hutan seperti Damar, madu dan peralatan dapur/memasak dari bahan
                 gerabah. Barang-barang itu dipertukarkan dengan  kain tenun kasar,  tekstil
                 Gujarat dan barang impor lainnya.
                                                  29



                 Hitu dan Ambon


                     Sejak abad ke-14  pelabuhan  Hitu sudah ramai dengan pedagang dari
                 Ternate,  Tidore, Banda,  Gresik dan  Tuban.  Hitu merupakan daerah lalu
                 lintas perdagangan cengkeh yang dilakukan oleh orang Banda ke Utara dan
                 dari Utara ke Banda. Situasi ini memperlihatkan bahwa  Hitu merupakan
                 jaringan pelabuhan untuk transit, namun pengaruhnya mampu menciptakan
                 kemunculan pedagang-pedagang lokal dari jazirah Leihitu dan Huamual di
                 Pulau  Seram.  Asal-usul permukiman orang  Jawa di Hitu dapat ditelusuri
                              30
                 dengan migrasi orang Jawa dari Tuban. Akan tetapi, migrasi ini tidak berkaitan
                 dengan perdagangan rempah. Hal ini karena pemukiman ini didirikan pada
                 masa sebelum ada penanaman  cengkeh di Ambon dan  Kepulauan  Seram.
                 Penduduk Hitu belum menanam tanaman dan memanen  cengkeh sendiri.
                 Mereka menerima  cengkeh sebagai upeti dari wilayah lain yang lebih kecil
                 yang memiliki hubungan bawahan yang lebih besar dan harus menyediakan
                 komoditas tertentu bagi mereka. Sebagian besar upeti berupa cengkeh, kayu,
                 dan produk lainnya.  Budidaya cengkeh yang meluas membuat perdagangan
                                     31

                       29   Pedagang-pedagang  kepulauan  Seram  berdagang  ke  Banda  dengan  membawa  cengkeh
                 yang kemudian oleh pedagang Banda disimpan untuk dipertukarkan dengan tekstil yang dibawa oleh
                 pedagang Gujarat dan Arab. Untuk hal ini lihat. Desy. Op.cit., Sejarah Terbentuknya Kota Dagang…,
                 hlm.41
                       30  Jalur ini menjadi ramai dengan banyaknya orang-orang luar seperti Jawa, Cina, Arab, dan
                 Bugis melakukan alih muatan di Hitu. Untuk hal ini, Dessy. Ibid., Sejarah Terbentuknya Kota Dagang…,
                 hlm. 52.
                       31   Lokasi  Kerajaan  Hitu  berdekatan  dengan  pelabuhan,  tempat  kapal  bersandar  dan
                 menurunkan cengkeh. Sehingga raja dan anggota keluarga kerajaan dapat mudah mengawasi hilir mudik
                 kapal di pelabuhan. Ketika itu, jarak Keraton Hitu dengan pelabuhan sekitar 100 meter, sebelum 1980-
                 an dilakukan reklamasi. Informasi ini diperoleh dari wawancara dengan Raja Hitu, Ambon, 9 Mei 2017.
   90   91   92   93   94   95   96   97   98   99   100